Partai yang diambil sebagai eksperimen adalah PDIP dan Golkar. PDIP dipilih karena Jokowi merupakan kadernya, sedangkan Golkar merupakan partai yang telah menyatakan dukungan kepada Jokowi di Pilpres 2019.
"Kami membuat eksperimen, efek Jokowi pada PDIP dengan asumsi hanya PDIP, tanpa menyebutkan partai-partai lawannya," kata Direktur Eksekutif SMRC Djayadi Hanan di Jalan Cisadane, Jakarta Pusat, Selasa (2/1/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertanyaan yang diajukan kepada para responden ialah apakah akan memilih PDIP atau caleg dari PDIP bila pemilihan umum diadakan sekarang. Jawabannya, 37,7 persen responden mengatakan 'ya' dan 38,0 persen bilang 'tidak'.
Berikutnya, pertanyaan dikaitkan dengan Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum PDIP. Hasilnya, 40,4 persen responden menjawab 'ya' dan 38,7 persen bilang 'tidak akan memilih PDIP dalam pemilu'.
Saat pertanyaan itu dikaitkan dengan nama Jokowi sebagai kader PDIP yang merupakan presiden saat ini, jawaban 'ya' naik menjadi 49,9 persen dan jawaban 'tidak' turun menjadi 26,2 persen.
"Pilihan kepada PDIP berbeda jika informasi Jokowi adalah kader PDIP dan sekarang menjadi presiden karena dicalonkan PDIP disebutkan. Jokowi menaikkan suara PDIP," ujar Djayadi.
Eksperimen itu dilakukan terhadap Partai Golkar, yang telah mencalonkan Jokowi. Saat responden ditanya apakah akan memilih Golkar jika pemilu dilakukan saat ini, sebanyak 24,1 persen menjawab 'ya' dan 50,2 persen bilang 'tidak'.
Kemudian, ditanya pula apakah responden memilih Golkar jika mencalonkan Idrus Marham sebagai presiden. Sebanyak 14,3 persen menjawab 'ya' dan 52 persen menjawab 'tidak akan memilih Golkar'.
Selanjutnya, pertanyaan juga dikaitkan jika Golkar mencalonkan Airlangga Hartarto pada pilpres. Sebanyak 15,0 persen memilih Golkar dan 41,3 persen bilang 'tidak'.
Terakhir, pertanyaan dikaitkan jika Golkar mencalonkan Jokowi sebagai pilpres. Sebanyak, 33,4 persen menjawab 'ya' dan 38 persen menjawab 'tidak akan memilih Golkar'.
"Dalam eksperimen ini, Jokowi jika didukung sebagai capres akan mampu mendongkrak pilihan terhadap Golkar. Sementara jika mendukung Idrus Marham atau Airlangga Hartarto sebagai capres, maka akan menurunkan pilihan terhadap Golkar," jelas Djayadi. (HSF/tor)