Trump dipuji-puji oleh Israel -- namun di sisi lain menuai kecaman internasional -- setelah mengumumkan pengakuan resmi Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada 6 Desember lalu. Langkah ini mendobrak kebijakan AS selama bertahun-tahun.
Seperti dilansir AFP, Rabu (27/12/2017), Menteri Transportasi Israel, Yisrael Katz, dilaporkan telah menyetujui rencana untuk melanjutkan pembangunan jalur rel kereta cepat antara Tel Aviv dan Yerusalem hingga ke wilayah Kota Tua dan membangun stasiun baru di dekat Tembok Ratapan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Stasiun baru yang terletak dekat tempat suci umat Yahudi itu, akan diberi nama 'Donald John Trump' yang merupakan nama lengkap Presiden ke-45 AS itu. Penentuan nama itu disebut diperintahkan oleh Menteri Katz. Penggunaan nama Trump ini disebut untuk menghormati 'keputusan berani dan bersejarah' soal Yerusalem.
Jalur rel baru ini dijadwalkan akan mulai menghubungkan Tel Aviv dan Yerusalem tahun 2018. Keberadaan rel baru ini akan memotong waktu tempuh hingga kurang dari 30 menit. Biaya pembangunan rel baru sepanjang 56 kilometer ini dilaporkan mencapai 7 miliar shekels atau setara Rp 26,8 triliun.
Keputusan Trump yang kontroversial ini memicu protes besar-besaran oleh warga Palestina. Majelis Umum PBB juga menolak untuk mengakui keputusan Trump atas Yerusalem itu.
Israel mencaplok Yerusalem Timur, termasuk Tembok Ratapan, dalam Perang Arab-Israel tahun 1967 silam. Israel kemudian menganeksasi wilayah milik Palestina itu dalam langkah yang tidak diakui dunia internasional.
Israel memandang keseluruhan kota Yerusalem, termasuk Yerusalem Timur, sebagai ibu kota abadi mereka. Padahal Palestina sejak lama memimpikan Yerusalem Timur sebagai ibu kota mendatang bagi negara mereka kelak.
(nvc/nkn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini