Semangat wiraswasta yang bergerak dalam bidang gemstone ini membara untuk mengurus dan menyembuhkan ODGJ. Ia pun inisiatif mendirikan tempat singgah orang tak waras berupa Panti Aura Welas Asih di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi.
Baca juga: Ini Alasan 'Teman Orang Gila' di Sukabumi Tutup Panti Miliknya
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sudah banyak orang gangguan jiwa yang ia jaring dari jalanan. "Awalnya cuma memberikan nasi bungkus tiap sore, lalu nemu kendala. Mereka (orang gangguan jiwa) ini enggak diam di satu tempat, kadang mereka pindah-pindah. Akhirnya ada sedikit rezeki, saya bangun panti dan menempatkan mereka di situ," tutur Deni kepada detikcom pada 7 November 2017 di Panti Aura Welas Asih.
![]() |
"Tentunya bukan dengan cara kita masukin karung terus buang-buangin. Tapi dengan cara menampung mereka, menyembuhkannya, lalu mengaryakan mereka. Alhamdulillah itu sudah saya mulai sejak mendirikan panti," katanya.
Pada tahap pasien sembuh, Deni mengaryakan mereka di kebun. Ada beragam sayuran di kebun yang bersebelahan dengan panti, mulai dari mentimun hingga tomat. Hasil dari kebun digunakan untuk menambah lauk penghuni panti
Deni memiliki cara yang tak lazim dalam metode penyembuhannya. Berkomunikasi verbal dan sentuhan dengan rasa peduli ternyata bisa membuat penderita kejiwaan sembuh.
"Untuk total sampai dia kembali sembuh seperti sedia kala memang tidak. Tapi kalau terus menerus kita ajak mereka bersosialisasi, komunikasi, sentuhan, pelukan, mereka akan pulih. Minimal ketika mereka kita panggil namanya dan mengerti apa yang kita ucapkan juga sudah bagus," ujar Deni.
Hari berlalu, Deni tiba-tiba mengabarkan kabar pilu dan mengejutkan. Ia menutup panti tersebut. Hikayat baik nan inspiratif Deni dan relawan mengelola panti itu harus tamat.
"Usaha saya tidak selamanya baik, niat saya tulus ikhlas karena awal saya membuat panti ini untuk memanusiakan manusia. Namun lama-lama ODGJ tambah banyak, yang nitip dan datang sendiri, sampai akhirnya kita kerepotan," ucap Deni via telepon, Rabu (20/12/2017).
![]() |
"Hitung saja sekali makan 15 ribu rupiah kalikan tiga, kali lagi 60 orang, sudah berapa satu hari? Belum untuk biaya operasional sampai biaya mandi. Relawan memang tidak meminta bayaran, tapi tetap saja saya merasa bertanggung jawab untuk mereka," tutur Deni.
Menurut catatan Deni, sudah ratusan orang penderita kejiwaan yang telah mendapatkan perawatannya. "Lebih 300 penderita yang kita rawat sejak tahun 2014. Sebagian mereka datang dan pergi dengan kondisi sehat, bahkan ada yang masih menetap hingga hari ini," kata Deni. (bbn/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini