"Blok G ini jadi permasalahan yang fundamental banget. Blok G itu kosong karena belum terintegrasi dengan flow (pengunjung). Dan waktu saya ke sana 3-4 bulan terakhir mereka emang sepi. Apalagi di lantai 2 dan 3," kata Sandi di Balai Kota, Jalan Merdeka Selatan, Rabu (13/12/2017).
"(Blok G) jangka panjangnya adalah tentunya yang kita inginkan adalah TOD (Transit Oriented Development). Makanya tadi pagi di rapat umum pemegang saham Jakpro luar biasa kita menawarkan satu solusi out of the box. Yang sekarang Jakpro lagi menghitungnya itu bagaimana kalau misalkan LRT yang dari velodrome itu nggak berhenti di Dukuh Atas. Tapi dibawa ke Tanah Abang," sambungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"(Blok G) nggak dihancurin tapi diintegrasikan. Dengan begitu traffic-nya dapet dia. Dan dengan Blok G terintegrasi dengan sky bridge, itu mudah-mudahan dapet traffic-nya. Jadi melebar dari stasiunnya itu bisa masuk ke Blok G," tuturnya.
Sandi menuturkan berencana tetap membuat Blok G juga sebagai kawasan untuk berdagang. Dia ingin kawasan tersebut seperti pusat perbelanjaan yang ada di negara maju lainnya.
"Iya harus tetep tapi nanti akan bertransformasi dengan sendirinya. Karena beberapa mal di Amerika atau di Hongkong banyak yang bertransformasi. Karena kosong dan tidak cocok dipakai untuk jualan, banyak yang dipakai untuk tempat olahraga, beralih fungsi gitu," jelasnya. (fdu/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini