Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Lahat BKSDA Sumsel, Martialis Puspito KM mengatakan konflik antara beruang madu dan masyarakat sebenarnya sudah terjadi beberapa tahun terakhir. Konflik disebabkan karena habitat beruang madu mulai terganggu dengan aktifitas masyarakat yang terus membuka lahan untuk perkebunan.
"Sebenarnya kejadian ini sudah sering terjadi setiap tahun dan pada tahun 2015 itu ada satu orang korban meninggal dunia karena diserang beruang madu saat berkebun. Beruang madu ini akan menyerang secara membabi buta. Mereka juga panik saat mencari makan dan masuk perkebunan masyarakat karena hutan sebagai habitatnya sudah beralih fungsi," kata Martialis kepada detikcom saat ditemui di kantornya Jalan Kolonel H Burlian, Palembang, Jumat (8/11/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
BKSDA Sumsel juga telah mengirim tim ke lokasi di mana beruang madu menyerang Evi saat sedang menyadap karet di Desa Lebak Rumbai, Kecamatan Rumpit, Kabupaten Musi Rawas Utara pada Kamis (7/) sekitar pukul 07.00 WIB. Tim akan melakukan pemantauan terhadap keberadaan beruang madu yang telah menyebabkan konflik.
"Tadi malam kita mendapat laporan dari masyarakat dan hari ini tim sudah berangkat ke lokasi saat beruang menyerang petani. Lokasinya memang rawan binatang buas, jadi nanti akan ada pendampingan juga dari masyarakat sekitar untuk memandu ke lokasi," papar Martialis.
Untuk menghindari terjadinya konflik antara binatang buas dengan masyarakat saat sedang berkebun, Martilalis meminta segera melaporkan ke BKSDA Sumsel jika melihat adanya tanda-tanda atau jejak. Sehingga, BKSDA dapat mengambil tindakan awal sebelum adanya korban jiwa.
Informasi terakhir, korban diketahui telah dirujuk dari RS Rumpit ke RS Mohamad Hoesin Palembang untuk menjalani perawatan medis. Korban mengalami patah tulang hidung dan luka bekas cakaran dibagian wajah usai diserang 2 ekor beruang madu. (asp/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini