Ia berharap wabah difteri tidak terus meluas di masyarakat. "Kalau sudah KLB ya sudah (Dinkes) langsung tangani, sediakan obatnya, RS tersedia, tenaga medis juga," kata Deddy usai menjadi pembicara seminar kehumasan di Hotel Marbella, Jalan Dago Pakar, Kabupaten Bandung, Selasa (5/12/2017).
Ia menilai penyakit seperti difteri biasanya disebabkan oleh faktor lingkungan hidup yang kurang terjaga. Sehingga, sambung dia, ia mendorong masyarakat untuk sadar terhadap lingkungan masing-masing agar terhindar dari penyakit serupa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria yang karib disapa Demiz itu mengatakan, untuk penanganan wabah difteri ke depan harus dilakukan secara preventif dan promotif. Sehingga, sambung dia, berdampak terhadap menurunnya jumlah kasus wabah difteri di Jabar.
"Preventif dan promotif harus terus dilakukan. Bukan hanya kampanye tapi bagaimana membangun kesadaran menjaga lingkungan hidup," tutur Demiz.
Dinkes Jabar mencatat sebanyak 116 kasus difteri hingga 3 Desember 2017 ini, dengan jumlah kematian sebanyak 13 kasus. Dengan jumlah tersebut, wabah difteri di Jabar masuk dalam status KLB. Meski satu kasus saja sudah berstatus KLB.
Difteri adalah infeksi bakteri yang bersumber dari Corynebacterium diphtheriae, yang biasanya mempengaruhi selaput lendir dan tenggorokan. Difteri umumnya menyebabkan sakit tenggorokan, demam, kelenjar bengkak dan lemas. Dalam tahap lanjut, difteri bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, ginjal dan sistem saraf. Kondisi seperti itu pada akhirnya bisa berakibat sangat fatal dan berujung pada kematian. (avi/avi)