Jumlah jenazah yang berjajar di Masjid Al Rawda genap berjumlah 305 jiwa. Mereka adalah korban tewas atas aksi teror bom saat Salat Jumat pada Jumat lalu (24/11/2017). Serangan teror ini menjadi tragedi paling mengerikan di kawasan utara Provinsi Sinai.
Hingga kini belum ada satu pihak pun menyatakan bertanggungjawab atas aksi ini. Namun hampir semua perhatian tertuju pada Islamic State of Sinai Province (IS-SP). BBC International menuliskan, organisasi ini berafiliasi dengan ISIS sejak November 2014 lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Semenjak itu, serangan ke pos militer Mesir di Sinai Utara gencar dilakukan atas nama IS-IP. Serangan-serangan ini merupakan upaya mereka menguasai Sinai Utara dengan metode seperti yang dilakukan oleh ISIS di Irak.
IS-SP kemudian menjadi organisasi teroris terkuat di Sinai Utara dengan 1.000-1.500 anggota. Kawasan Sinai Utara disebutkan sebagai daerah miskin dengan beberapa kelompok marginal. Mereka diperkirakan menjadi simpatisan IS-SP.
Sedangkan persenjataan mereka banyak diselundupkan dari Jalur Gaza. Beberapa senjata canggih berhasil mereka dapatkan hingga IS-SP mampu menyerang kapal perang Mesir di Laut Mediterania menggunakan misil.
Serangan ini dibalas dengan operasi The Martyr's Rights oleh militer Mesir di Rafah, Arish, dan Sheikh Zuweid. Semenjak itu bentuk teror IS-SP berubah menjadi serangan bom kecil, tercatat sebanyak 31 serangan teror telah dilakukan.
Peneliti Brooking Institution's Saban Center for Middle East Policy, Zack Gold, menuliskan IS-IP merupakan merupakan reinkarnasi dari organisasi teroris yang lahir pada masa Arab Spring tahun 2011 bernama Ansar Bayt al-Maqdis (ABM/ pendukung Jerusalem). Mereka melancarkan berbagai aksi teror ke ke Sinai Utara sejak memproklamirkan diri.
"ABM adalah sebuah konsorsium jihad militan yang terbentuk di Sinai setelah pemberontakan tahun 2011, melakukan operasi besar-besaran terhadap sebuah pos pemeriksaan militer Mesir di semenanjung tersebut," tulis Gold dalam situs The Institute of International Security Studies, lembaga milik Universitas Tel Aviv, Israel.
ABM sering melakukan serangan di berbagai pos militer Mesir di Sinai hingga meluncurkan misil ke Israel dari daerah kekuasaannya. Sejak lama, mereka ingin menguasai Sinai. Serangan mereka seringkali tak hanya ditujukan kepada militer Mesir dan jalur pipa gas. Aksi teror mereka kerap memakan korban penduduk lokal.
Sinai Utara merupakan kawasan strategis. Daerah ini merupakan jalur pipa minyak yang diekspor oleh Mesir dari Semenanjung Sinai menuju Israel dan Jordania. The New York Times menuliskan ekspor gas ke Israel merupakan salah satu kebijakan tak populis yang dilakukan oleh Presiden Mesir saat itu, Hosni Murbarak.
Ekspor ini memenuhi 40 persen kebutuhan Israel dan 80 persen kebutuhan listrik Jordania. Beberapa penyerangan mampu menimbulkan kerusakan sehingga menghambat ekspor gas. Serangan ini tidak hanya dilakukan oleh ABM, tetapi juga melibatkan kelompok-kelompok badui lokal yang tidak setuju dengan Morsi.
Siapa yang menyerang di Sinai?
Hingga kini pihak otoritas Mesir belum memberikan keterangan tentang hasil penyelidikan serangan pasca salat Jumat tersebut. (ayo/erd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini