Airlangga pernah ikut dalam kontes pemilihan Ketua Umum Partai Golkar saat Munas Partai Golkar di Bali, Mei 2016. Turut bersaing waktu itu Mahyuddin, Priyo Budi Santoso, Ade Komaruddin, dan Azis Syamsuddin. Tapi mereka tersingkir oleh Setya Novanto.
Yorrys mengakui ia duduk sebagai tim sukses untuk Airlangga saat itu. Namun bukan soal dukung-mendukung kala Munas Bali yang membuatnya menjagokan Airlangga saat ini. Ia hanya menyebutkan rekam jejak dan popularitas Airlangga terbilang baik. "Apalagi dia sekarang di kabinet Jokowi sebagai Menteri Perindustrian," jelasnya.
Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Lili Romli pun menilai integritas Airlangga paling baik dibanding calon lain untuk menyatukan Partai Golkar. Hanya, andai kelak terpilih, dia sebaiknya mundur dari kabinet. "Airlangga kalau diminta kemudian terpilih jadi ketua umum, maka melepas jabatan menteri di kabinet," jelasnya.
Pendapat berbeda pernah disampaikan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Duduk di pemerintah dan memimpin partai politik tak melanggar etika. Sejumlah tokoh pernah melakukannya, seperti Megawati yang menjadi wakil presiden lalu presiden, Susilo Bambang Yudhoyono menjadi presiden juga Ketua Umum Partai Demokrat, begitu juga dirinya saat menjadi wapres periode 2004-2009, yang memimpin Golkar. (ayo/jat)