"1.000 warga masih di kampungnya, Kimbely dan Banti karena itu kampungnya," kata Kapendam XVII Cenderawasih Kolonel Inf Muhammad Aidi saat berbincang via telepon, Minggu (19/11/2017).
Aidi mengatakan 344 warga yang tersandera itu dievakuasi pada Jumat (17/11) kemarin. Ke-344 warga itu selesai dievakuasi dalam waktu 5 jam ke Tembagapura, Papua. Situasi saat ini pun sudah berangsur kondusif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aidi mengatakan warga yang masih tinggal di kampung itu meninggalkan masalah sosial. Pasalnya 344 warga yang dievakuasi itu merupakan warga pendatang yang menggerakkan roda perekonomian Desa Kimbely dan Desa Banti.
"Ini persoalannya 1.000 yang memilih tinggal di kampung meninggalkan masalah sosial, karena selama ini yang menghidupkan roda ekonomi warga pendatang, buka warung, berkebun, saat ini hampir tidak ada yang berkebun. Misal mereka mendulang emas tradisional, dapat uang tapi gimana mereka beli berasnya," ujar Aidi.
Saat ini, kata Aidi, para warga yang masih bertahan itu sudah bermusyawarah apakah akan tetap bertahan atau ikut mengungsi. Dia berharap pemerintah daerah bisa segera turun tangan memberi bantuan.
"Tadi kita dapatkan informasi mereka musyawarah apakah keputusan mereka ikut mengungsi juga atau bertahan di situ. Persoalan lain kalau mengungsi dia harus dibangunkan permukiman, rumah-rumah sementara. Sekarang saja hampir satu bulan anak-anak mereka tidak sekolah, pelayanan kesehatan di sana, PT Freeport sudah bangunkan RS modern tapi tidak ada petugasnya," urai Aidi.
"Harapannya pemda segera turun tangan membantu kehidupan sosal di sana, sekolah, guru kami siap mengawal. Kalau sekarang guru-guru kan belum berani masuk, pasar belum buka, dan pendatang sudah tidak mungkin kesana," kata Aidi. (ams/idh)