"Saya tidak pernah melihat dia memiliki atau mau berkendaran mobil sekelas fortuner. Itu bukan levelnya," kata Doli kepada Detik.com, Jumat (17/11/2017). Setya, dia melanjutkan, sebagai petinggi DPR dan Ketua Umum Partai Golkar selalu bepergian dengan didampingi banyak staf (sekretaris pribadi maupun ajudan) dan dikawal polisi lalu lintas.
Kejanggalan lainnya, kata Doli, terkait alasan terjadinya kecelakaan itu karena Setnov buru-buru mau ke KPK, padahal sehari sebelumnya dia menghilang karena menghindari jemput paksa. "Sulit untuk tidak bisa kita disimpulkan bahwa semua itu adalah rekayasa untuk SN kembali menghambat proses hukum yang sedang berjalan," ujarnya.
Bila dilihat dari kerusakan mobilnya, menurut Doli, itu masuk kategori kecelakaan ringan dan seperti dengan sengaja ditabrakkan. Jadi tidak ada yang bisa terluka parah dengan kecelakaan "aneh" itu.
Bila dilihat dari rekam jejaknya selama ini, Doli menduga skenario berikutnya setelah kecelakaan ini adalah agar SN dinyatakan mengalamai gegar otak, amnesia, atau lupa ingatan sehingga kasusnya tidak dapat diteruskan. Bukan tidak mungkin kemudian dia berusaha izin berobat ke luar negeri sebagai bagian dari upaya melarikan diri.
"Sayangnya SN lupa bahwa rakyat Indonesia saat ini tidak lagi bodoh. Masyarakat sudah sangat cerdas dan mampu mengakses berbagai informasi serta menganalisisnya," katanya.
Doli berharap KPK dapat lebih tegas, cerdik, dan bergerak cepat agar tidak terus-terusan dikelabui oleh SN. Dia yakin segenap rakyat Indonesia sepenuhnya mendukung dan berada di belakang KPK.
(jat/jat)