Tentara Myanmar Dituduh Perkosa Rohingya, Pembersihan Etnis?

Tentara Myanmar Dituduh Perkosa Rohingya, Pembersihan Etnis?

Rita Uli Hutapea - detikNews
Kamis, 16 Nov 2017 13:58 WIB
pengungsi Rohingya (Foto: Reuters)
Yangon - Lagi-lagi soal tuduhan pemerkosaan kaum wanita Rohingya oleh pasukan militer Myanmar. Organisasi HAM, Human Rights Watch (HRW) menuding militer Myanmar melakukan pemerkosaan massal terhadap wanita dan anak-anak perempuan Rohingya di Rakhine, sebagai bagian dari kampanye pembersihan etnis selama tiga bulan terakhir.

Hal tersebut disampaikan dalam laporan yang dirilis HRW dan senada dengan yang disampaikan Pramila Patten, utusan khusus PBB soal kekerasan seksual dalam konflik, awal pekan ini. Patten mengatakan bahwa kekerasan seksual "sedang diperintahkan, diatur dan dilakukan oleh Angkatan Bersenjata Myanmar."

Militer Myanmar pada Senin (13/11) telah merilis laporan yang membantah semua tuduhan pemerkosaan dan pembunuhan oleh militer Myanmar. Laporan itu dirilis beberapa hari setelah jenderal Myanmar yang bertanggung jawab atas operasi militer di Rakhine, diganti. Operasi militer yang dimulai sejak Agustus tersebut, telah menyebabkan lebih dari 600 ribu warga Rohingya melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh. Para tentara Myanmar dituding melakukan pemerkosaan, pembunuhan, pembakaran rumah-rumah warga dan kejahatan-kejahatan lainnya selama operasi militer tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca Juga: Siap Mati Demi Rohingya

HRW mengklaim telah berbicara dengan 52 wanita dan anak-anak perempuan Rohingya yang kabur ke Bangladesh. Sebanyak 29 orang di antaranya mengaku telah diperkosa. Semua korban yang diperkosa, kecuali satu orang, mengaku telah diperkosa beramai-ramai.

"Pemerkosaan telah menjadi ciri menonjol dan menghancurkan dari kampanye pembersihan etnis oleh militer Burma (nama lain Myanmar) terhadap Rohingya," kata Skye Wheeler, periset darurat hak-hak wanita di HRW yang menulis laporan HRW tersebut seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (16/11/2017).

"Tindakan-tindakan kekerasan militer Burma yang barbar telah menyebabkan kaum wanita dan anak-anak perempuan yang tak terhitung jumlahnya, terluka secara brutal dan menjadi trauma," imbuhnya.

Seorang remaja putri berumur 15 tahun asal desa Hathi Para di Maungdaw, mengatakan pada HRW bahwa para tentara Myanmar telah menelanjangi dirinya dan kemudian sekitar 10 tentara memperkosanya.

HRW pun meminta Dewan Keamanan PBB untuk menerapkan embargo senjata terhadap Myanmar dan sanksi-sanksi tertentu terhadap para pemimpin militer yang bertanggung jawab atas pelanggaran HAM, termasuk kekerasan seksual.

Pekan lalu, Dewan Keamanan PBB menyerukan pemerintah Myanmar untuk memastikan tak ada lagi penggunaan kekuatan militer secara berlebihan di negara bagian Rakhine. DK PBB pun meminta Sekjen PBB Antonio Guterres untuk melaporkan kembali situasi tersebut dalam 30 hari mendatang. (ita/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads