Begitu tiba di pintu masuk makam, aroma cat tercium jelas. Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) berbagi tugas mempercantik areal makam. Pagar dicat warna coklat dan dipadu dengan putih. Lokasi ini pun sudah cantik dan bersih.
Sebuah papan bertuliskan "Situs Cagar Budaya Makam Laksamana Malahayati" terpasang. Beberapa meter dari pintu masuk, berdiri sebuah bangunan bercat putih. Di dalamnya, dipasang kain kuning dan hijau. Bangunan ini sebagai tempat pengunjung untuk singgah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di bawahnya, terdapat makam dengan enam nisan yang terletak tiga di kaki dan tiga di kepala. Pinggiran makam dipasang keramik. Di dalamnya, dipenuhi batu kerikil. Di samping makam, tumbuh sebatang pohon besar menjulang tinggi. Lokasi ini sekarang lebih berseri dibanding sebelumnya.
Berjarak sekitar dua meter, dibangun prasasti yang menjelaskan sosok perempuan yang dikebumikan di sana. Prasasti itu ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Tulisan berwarna emas ini menggunakan huruf kapital.
"Makam Laksamana Keumala Hayati... Laksamana Keumala Hayati adalah seorang wanita yang menjadi panglima angkatan laut, kepala dinas rahasia kerajaan dan protokol istana pada masa kerajaan Aceh dipimpin oleh Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riatsyah (1588-1604). Beliau juga yang menghimpun para janda-janda untuk melawan Portugis dan Belanda. Dan para janda-janda ini juga mendirikan sebuah benteng yang diberi nama Benteng Inong Balee (Janda)."
![]() |
Lokasi makam Laksamana Malahayati ini terletak di Desa Lamreh Krueng Raya, Aceh Besar, Aceh. Dihimpun dari berbagai sumber, Malahayati lahir dengan nama kecil Keumala Hayati. Ayahnya adalah Laksamana Mahmud Syah. Kakeknya dari garis ayahnya adalah Laksamana Muhammad Said Syah, putra dari Sultan Salahuddin Syah yang memerintah sekitar tahun 1530β1539 M.
Semasa Aceh berperang melawan Portugis dan Belanda, Malahayati memimpin 2.000 pasukan inong balee (janda). Pada 11 September 1599 Malahayati berhasil membunuh Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal Belanda. Atas keberaniannya itulah, Malahayati kemudian mendapat gelar Laksamana.
Seorang peziarah makam Laksamana Malahayati, Zubaidah Azwan, mengatakan, penganugerahan Malahayati sebagai pahlawan nasional menjadi suatu yang menggembirakan. Pasalnya, masyarakat sudah lama menunggu penetapan perempuan laksamana pertama di dunia ini sebagai pahlawan.
"Hal yang bisa kita petik dari Malahayati ini yaitu soal keberaniannya. Mungkin zaman Malahayati itu punya keberanian untuk menghadang dan melawan bahkan berani mati melawan penjajah," kata Zubaidah saat ditemui dilokasi, Kamis (9/11/2017).
Perempuan generasi sekarang masih dapat mencontoh keberanian yang dimiliki Malahayati. Meski bukan dalam soal berperang, tapi dalam hal-hal lain.
"Mungkin implementasi kita sekarang adalah berani menolak seperti kezaliman dan ketidakadilan," ungkap Zubaidah.
(tfq/tfq)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini