Sakit Jiwa, Dirman Warga Sukabumi Dikurung di Kandang Bambu

Sakit Jiwa, Dirman Warga Sukabumi Dikurung di Kandang Bambu

Syahdan Alamsyah - detikNews
Senin, 06 Nov 2017 07:21 WIB
Dirman terpaksa tinggal di kandang karena gangguan jiwa/Foto: Sudirman Wamad
Sukabumi - Tidak ada pilihan lain, mungkin begitu yang terbersit dalam pikiran pasangan suami istri (pasutri) Sahuni (70) dan Oyot (60). Mereka terpaksa mengurung Dirman (35) putranya sendiri di sebuah bangunan bambu mirip kandang domba.

Pasutri asal Kampung Babakan Tonjong, RT 10 RW 07 Desa Tonjong, Kecamatan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat ini terpaksa mengurung putra sulungnya itu karena menderita gangguan kejiwaan.
tempat tinggal Dirmantempat tinggal Dirman Foto: Sudirman Wamad

Dirman tinggal di kandang tersebut sudah hampir 4 tahun. Sang ayah, Sahuni, bercerita jika Dirman kerap mengamuk dan merusak barang milik keluarga dan tetangganya. Meski tidak tega, Sahuni mengaku tidak ada pilihan lain.

"Kalau tidak begini kami lebih repot, dia merusak barang-barang di rumah atau milik tetangga. Dia mengamuk dan marah-marah tanpa ada alasan," tutur Sahuni didampingi sang istri ketika ditemui detikcom di rumahnya, Minggu (5/11/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perlahan Sahuni menghela nafas, tangannya memegang dada seolah merasa berat melanjutkan cerita tentang putranya itu. "Sudah 12 tahun dia mengalami kondisi seperti itu, karena kelakuannya yang sering merusak itulah akhirnya saya dan istri memutuskan untuk mengurung Dirman," lanjut Sahuni.

Berbagai cara dilakukan pihak keluarga, baik alternatif sampai pengobatan secara medis. Dirman pernah menjalani pengobatan Rumah Sakit Jiwa di Bogor. Namun karena kondisi kejiwaannya tidak kunjung membaik, akhirnya dia dipulangkan.

Kondisi tempat Dirman dikurung berukuran kurang lebih 1,5x2 meter persegi, tingginya hanya satu meter dan beralaskan tanah. Lokasi bangunan itu berada di belakang rumah orang tuanya. Sebuah terpal berwarna oranye menjadi pelindung dari panas dan hujan.

"Umi unggal poe ngurusan daharna, sa aya aya we da arek kitu kieu ge da ka budak sorangan. Teteup we nyaah, (Ibu yang setiap hari ngurusin makannya, seadanya mau bagaimana lagi namanya ke anak sendiri. Tetap saja sayang," timpal Oyot ibunda Dirman.

Pasutri itu menjelaskan jika kondisi Dirman sudah diketahui pemerintahan setempat, namun mereka menolak andaikata Dirman harus dievakuasi dari tempat itu. "Umi moal merean lamun budak umi dibawa kamamana, kajeun didieu umi anu ngurusan, (ibu enggak bakalan ngasih kalau anak ibu mau dibawa ke mana mana, biar di sini ibu yang ngurusin)," sambung Oyot.

Alasan Sahuni dan Oyot enggan Dirman di evakuasi karena khawatir menjadi beban baru, karena perawatan medis yang pernah dijalani Dirman tidak membawa hasil positif.

Keduanya malah berharap pemerintah mau membangunkan ruangan lebih untuk Dirman di belakang rumah. Untuk keperluan sehari-harinya kedua pasutri itu siap menjaga dan mengasuh Dirman.

"Wios umi anu ngurusan sapopoena, (Biar ibu yang urus setiap harinya,)" tutup Oyot. (avi/avi)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads