"Jadi arsitek masjid memang dibangun dengan konsep perpaduan antara Tionghoa dan konsep Islam sebagai bentuk toleransi umat beragama saat ini," kata seorang budayawan Palembang, Anwar Becak, Jumat (3/11/2017).
Masjid yang diberi nama Masjid Cheng Ho ini menjadi bukti toleransi dan keberagaman di Bumi Sriwijaya. Bahkan sampai Sumatera Selatan disebut sebagai provinsi 'Zero Konflik' karena menjunjung tinggi perbedaan.
![]() |
Selain menjadi sarana tempat ibadah, Masjid Cheng Ho menjadi salah satu pusat diskusi masyarakat sekitar dari berbagai golongan. Berbagai kegiatan masyarakat sering menghiasi masjid di kala peringatan hari besar, baik keagamaan maupun peringatan hari kemerdekaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, keberadaan Masjid Cheng Ho tidak hanya mencerminkan tokoh Islam Tiongkok pada masa itu. Ada pula pesan keberagaman dan terjalinnya hubungan baik antara masyarakat keturunan Tionghoa dan masyarakat lokal.
"Palembang ini banyak etnis, ada Tionghoa, Arab, dan beberapa etnis lagi yang sudah ikut menyebarkan ajaran Islam. Keberagaman etnis ini menjadi kekayaan bagi Sumsel, terutama Kota Palembang, dengan menjunjung tinggi toleransi," tuturnya.
Sebagai simbol penyebaran agama Islam di Bumi Sriwijaya, Yai Beck menyebut masyarakat Palembang sangat mengenal sejarah berdirinya Masjid Cheng Ho sehingga sampai saat ini masih menjadi simbol keberagaman di kota Palembang.
"Masjid Cheng Ho itu bukti sejarah dari Kerajaan Sriwijaya sampai Tiongkok. Kalau kampung Almunawar itu sejarah dari keturunan atau tokoh Arab. Semua di sini berbaur dan tidak pernah merasa ada perbedaan," cerita Yai Back.
Dari pantauan detikcom, masjid mulai dipenuhi masyarakat saat akan menjelang salat Jumat. Masyarakat berbondong-bondong untuk menunaikan ibadah menuju masjid yang kental akan warna merah dan aksara Tionghoa ini. Ada 7 tiang sebagai penyangga atap masjid dengan ketinggian 17 meter yang menyimbolkan jumlah rakaat solat. (asp/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini