Sebanyak 2.981 dokumen rahasia terkait pembunuhan JFK di Dallas, Texas, pada 22 November 1963 telah dirilis oleh pemerintahan Presiden AS Donald Trump pada Kamis (26/10) malam waktu setempat. Dokumen-dokumen itu bisa diakses oleh publik pada situs resmi Arsip Nasional AS, www.archives.gov.
Perilisan dokumen ini merupakan bagian dari perintah Kongres AS sejak tahun 1992, yang memutuskan seluruh dokumen terkait pembunuhan JFK harus dibuka ke publik. Batas waktu yang ditetapkan pada 26 Oktober 2017 telah berakhir, dokumen-dokumen itu harus dirilis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah sempat menyatakan akan mengizinkan perilisan seluruh dokumen, Trump setuju untuk merilis hanya 2.891 dokumen dari total 3.100 dokumen, dengan alasan kekhawatiran keamanan nasional. Penahanan sejumlah dokumen, kabarnya diminta oleh CIA dan FBI.
Penahanan sejumlah dokumen ini membuat para peneliti dan pihak-pihak yang mempercayai ada konspirasi di balik pembunuhan JFK, semakin curiga.
Seperti dilansir CNN, Jumat (27/10/2017), berikut poin-poin menarik dari ribuan dokumen terkait pembunuhan JFK yang baru dirilis AS:
Rencana CIA Sewa Mafia untuk Bunuh Castro
Salah satu dokumen tahun 1975 dari Komisi Rockefeller -- komisi memantau aktivitas CIA yang dipimpin Wakil Presiden AS Nelson Rockefeller -- merinci soal peran CIA dalam rencana pembunuhan Presiden Kuba saat itu, Fidel Castro. Rencana ini dibahas di awal-awal pemerintahan JFK yang menjabat antara tahun 1961 hingga dia dibunuh pada 1963.
Laporan menyebut Jaksa Agung Robert Kennedy, saudara JFK, memberitahu FBI bahwa dirinya mengetahui CIA menyewa seorang perantara 'untuk mendekati Sam Giancana dengan tawaran bayaran US$ 150 ribu untuk menyewa penembak bayaran untuk pergi ke Kuba dan membunuh Castro'.
"Jaksa Agung Kennedy menyatakan bahwa CIA seharusnya tidak pernah menggunakan mafia lagi tanpa berkonsultasi dengan Departemen Kehakiman karena akan sulit mengadili orang semacam itu di masa mendatang," demikian bunyi laporan itu, merujuk pada Giancana yang merupakan mafia Amerika-Sisilia.
Laporan itu juga menyebut CIA tertarik menggunakan anggota geng untuk mengantarkan pil beracun ke Castro untuk membunuhnya.
FBI Terima Ancaman Mati untuk Pembunuh JFK Sebelum Tewas
Komisi Warren -- komisi penyelidikan pembunuhan JFK yang dibentuk Presiden AS Lyndon B Johnson -- menyatakan JFK dibunuh oleh mantan penembak dari Marinir AS, Lee Harvey Oswald, yang bertindak sendirian. Oswald sendiri ditembak mati oleh seorang pemilik klub malam bernama Jack Ruby sekitar dua hari usai membunuh JFK, saat dia dipindahkan dari penjara setempat.
Dokumen bertanggal 24 November 1963 menunjukkan Direktur FBI J Edgar Hoover menanggapi kematian Oswald di tangan Jack Ruby. "Tidak ada kelanjutan dalam kasus Oswald selain dia tewas," ucap Hoover memulai komentarnya.
Hoover menyebut malam sebelum Oswald tewas, kantor FBI di Dallas menerima telepon 'dari seorang pria yang berbicara dengan tenang', yang menyebut dirinya anggota komisi untuk membunuh Oswald. Usai telepon itu, Kepolisian Dallas meningkatkan pengamanan pada Oswald, namun tetap saja dia tewas dibunuh.
"Ruby mengaku dirinya tidak terkait dengannya dan menyangkal menelepon kantor kami di Dallas semalam," ujar Hoover. Dalam dokumen itu, Hoover juga menyebut FBI memiliki bukti yang menunjukkan Oswald bersalah dan penyadapan komunikasi Oswald dengan Kuba dan Uni Soviet.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini