Robianto (33), namanya. Ia sangat aktif menumbuhkan minat baca warga dengan cara keliling desa di Cirebon, terutama di Desa Bayalangu Lor. Pedati miliknya disulap menjadi perpustakaan.
Perjuangannya menyebarkan 'virus' membaca kepada warga Cirebon sudah dilakoni selama dua tahun. Lebih 15 desa telah Robi kelilingi bersama Pedati Pustaka Bayalangu. Buku yang berhasil ia kumpulkan pun sudah mencapai 5.895 buku.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia memulai aktivitas inspiratif ini sejak pertengahan 2015. "Awalnya hanya 30 buku, 10 buku milik saya dan 20 buku dari teman saya. Keliling dengan berjalan kaki," ujar Robi di kediamannya, Desa Bayalangu Lor, Gegesik, Cirebon, Jawa Barat Kamis (26/10/2017).
"Ide ini (Pedati Pustaka) muncul dari teman bernama Robert. Waktu itu Robert memunculkan gagasan untuk membuka perpustakaan jalanan, yang akhirnya hingga sekarang berjalan," ucapnya menambahkan.
![]() |
"Saya memiliki keinginan untuk keliling Cirebon. Jadi, sekarang polanya tak hanya fokus di desa saya. Tapi, keliling dengan menetap paling lama satu pekan," katanya.
Setelah sepakat membuka membuka perpustakaan jalanan bersama Robert, Robi mengaku sempat melihat aktivitas salah seorang penggerak perpustakaan jalanan lainnya, yakni Emik. Menyimak apa yang dilakukan Emik, Robi mulai bergerak keliling dengan 30 buku yang ia bawa.
"Berjalan enam bulan keliling. Alhamdulillah mendapat donasi satu dus buku dari Pak Nirwan. Kadang saya pinjam motor teman, sempat pinjam motor Emik juga selama tiga bulan untuk keliling. Saya berterima kasih kepada rekan saya, Emik dan Robert," tutur Robi.
Konsisten dan Semangat
Robi tetap konsisten dan menjaga semangatnya untuk tetap meningkatkan minat baca warga. Ia tak ingin anak-anak di Cirebon seperti dirinya yang hanya lulus di bangku sekolah dasar. Sebelum keliling desa menebarkan kebaikan, dia mengaku pernah menjadi buruh bangunan.
"Dulu jadi kuli bangunan. Kemudian, buka warung kopi. Mengajar kelas malam juga, gantian sama istri jaga warung dan mengajar," katanya.
![]() |
"Kemudian terbentuklah pedati. Kayu dari sisa bangunan rumah milik saya. Seadanya saja. Sampai sekarang masih digunakan, rencananya mau ganti bagian badannya sama atapnya karena sudah ada yang rusak," ujar Robi.
Lantaran sibuk blusukan dari desa ke desa, Robi hanya mampu menghabiskan tiga buku dalam tiga bulan. Kemenangan batin baginya ialah saat pedati pustakanya diserbu anak-anak.
"Senang kalau pedati itu banyak yang ngejar, terus banyak yang baca. Saya masih ingat," ucap Robi menegaskan.
![]() |
"Saya tidak meminta apa-apa, hanya ingin pemerintah lebih memerhatikan dunia pendidikan, khususnya di Cirebon. Saya berharap pendidikan di Cirebon lebih baik lagi," tutur Robi. (bbn/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini