Kerry ikut berperan langsung dalam tercapainya kesepakatan nuklir Iran semasa pemerintahan Presiden Barack Obama lalu. Kesepakatan nuklir ini tercapai antara Iran dengan AS, China, Prancis, Inggris, Jerman, Rusia dan Uni Eropa pada tahun 2015.
"Jika Anda ingin berunding dengan (pemimpin Korut) Kim Jong-Un dan tujuan Anda adalah menghindari perang dan berupaya mencapai resolusi diplomatik, hal terburuk yang bisa Anda lakukan adalah pertama, mengancam akan menghancurkan negaranya di forum PBB," ucap Kerry saat memberikan kuliah privat di Graduate Institute, Jenewa, Swiss, seperti dilansir Reuters, Jumat (20/10/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kesepakatan itu mengatur pembatasan program nuklir Iran dan pencabutan sanksi-sanksi internasional. Di bawah kesepakatan itu, Iran berada di bawah sejumlah langkah pengendalian yang ketat, termasuk inspeksi, pengawasan rutin dan pelacakan setiap ons uranium yang diproduksi.
"Kita akan bisa mengetahui peningkatan sedikit saja dalam pengayaan mereka, seperti itu," ujar Kerry sambil menjentikkan jarinya.
"Dan tidak ada seorang pun yang saya kenal, yang memiliki akal sehat, bisa memahami apa inti dari meningkatkan konfrontasi dengan kemungkinan mereka (Iran) memutuskan untuk memulai dan mewujudkannya (bom nuklir) sekarang bukannya 10 atau 15 atau 25 tahun dari sekarang," tuturnya.
Kerry yang mantan Senator AS dan Ketua Komisi Hubungan Internasional Senat AS ini, menyebut sikap Trump yang menyerahkan nasib kesepakatan nuklir Iran kepada Kongres AS sebagai langkah 'sangat berbahaya' dan membuka pintu kepada 'partai-partai politik'. Ditegaskan Kerry, Kongres AS tidak akan bisa secara sepihak merundingkan kembali sebuah kesepakatan yang bersifat multilateral.
Terakhir, Kerry menerangkan kepada hadirin dalam kuliah privatnya itu, bahwa jika Iran melanggar isi kesepakatan nuklir itu, maka sanksi-sanksi PBB dan internasional, yang sebelumnya ditangguhkan, akan langsung berlaku kembali.
Kerry mengingatkan bahwa mengakhiri kesepakatan nuklir itu, bisa membuat Iran menyembunyikan fasilitas nuklirnya 'di pegunungan yang tidak terjangkau mata'. "Jadi skenario yang disampaikan Trump dengan mengatakan 'mari kita buang kesepakatan itu' sebenarnya adalah proliferasi, yang jauh lebih merusak dan berbahaya," tandas Kerry.
(nvc/ita)