"(Situasi di Semenanjung Korea) Telah mencapai titik yang penuh ketidakpastian dan perang nuklir bisa pecah kapan saja," ucap Wakil Duta Besar Korut untuk PBB, Kim In-Ryong, kepada Komisi Pelucutan Senjata Majelis Umum PBB seperti dilansir AFP, Selasa (17/10/2017).
Menyinggung serangkaian peluncuran rudal dan uji coba nuklir keenam pada awal September lalu, Kim mengklaim negaranya telah 'melewati gerbang terakhir' untuk menjadi negara kekuatan nuklir sepenuhnya, dengan kemampuan melancarkan serangan nuklir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Awal pekan ini, AS memulai latihan militer gabungan dengan sekutunya, Korea Selatan (Korsel). Latihan militer gabungan yang akan berlangsung selama 10 hari itu akan digelar di dekat perairan Semenanjung Korea.
Kim menyatakan, Korut tidak akan menargetkan negara mana pun yang tidak bergabung dengan kampanye militer AS.
"Selama tidak ikut serta dalam aksi militer AS terhadap DPRK, kami tidak akan menggunakan atau mengancam akan menggunakan senjata nuklir terhadap negara lainnya," tandasnya. DPRK merupakan kependekan dari nama resmi Korut, Republik Demokratik Rakyat Korea.
Korut sebelumnya menegaskan penolakannya pada opsi diplomasi yang tengah diupayakan AS. Korut menegaskan tidak akan berunding hingga mereka mampu menembakkan rudal ke daratan utama AS.
"Sebelum kami bisa terlibat dalam diplomasi dengan pemerintahan (Presiden AS Donald) Trump, kami ingin mengirimkan pesan jelas bahwa DPRK memiliki kemampuan ofensif dan defensif yang bisa diandalkan untuk menangkal agresi apapun dari Amerika Serikat," ucap pejabat Korut yang enggan disebut namanya kepada CNN.
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini