Jalan Siliwangi dan Padjajaran di Yogya, Runtuhkan Mitos Sejarah

Jalan Siliwangi dan Padjajaran di Yogya, Runtuhkan Mitos Sejarah

Edzan Raharjo - detikNews
Selasa, 03 Okt 2017 19:29 WIB
Foto: Edzan Raharjo
Sleman - Jalan Siliwangi dan Jalan Padjajaran kini resmi menjadi nama jalan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Nama jalan itu untuk mengganti nama jalan di di kawasan Ring road utara, selatan dan barat.

Sebelumnya di wilayah Yogyakarta tidak ada nama dua jalan yang menggunakan nama jalan dari kerajaan di Jawa Barat yakni Padjajaran dan Siliwingan.

Sementara itu di Yogyakarta ada dua tokoh zaman kerajaan Majapahit yang dijadikan nama jalan, yakni Hayam Wuruk dan Gajah Mada. Namun dua nama tersebut tidak ditemukan nama jalan di wilayah Jawa Barat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penggunaan nama jalan Siliwangi dan Padjajaran itu sebuah sejarah. Karena sebelumnya tidak pernah ada nama-nama tersebut digunakan nama jalan di Jawa kecuali di Jawa Barat.

Tidak hanya itu, ada juga larangan menikah antara laki-laki Sunda dengan perempuan Jawa. Setelah ditelusuri semuanya itu ternyata bersumber dari peristiwa Perang Bubat atau Pasundan Bubat antara Kerajaan Padjajaran dan Kerajaan Majapahit.

Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, menceritakan peristiwa Pasundan Bubat yang terjadi 600 tahun silam menyimpan emosi kolektif di kedua pihak meski tidak pernah diceritakan secara gamblang dan detail.

Tetapi seolah hal ini menjadi ganjalan sejarah dan psikologis seperti tidak adanya nama jalan Padjajaran dan Siliwangi di Jawa dan tidak adanya nama jalan Majapahit dan Hayam Wuruk di Jawa Barat.

"Sesuatu itu sumbernya ketemu, sumbernya perang Bubat. Tidak pada saatnya lagi kita pertahankan isu emosi kolektif tersebut. Saatnya kita sebagai bangsa untuk membangun Indonesia secara bersama-sama," kata Ahmad Heryawan saat peresmian nama-nama jalan di simpang empat Jombor, Mlati, Sleman, DIY, Selasa (3/10/2017).

Dia mengatakan situasi ini telah diterobos dengan gagasan memberi nama jalan Padjajaran dan Siliwangi di Yogyakarta. Dia berharap daerah lain di Jawa Tengah dan Jawa Timur menyusul untuk memberi nama tersebut. "Nanti disusul di Jawa Timur dan Jawa Barat," katanya.

Dia mengatakan peristiwa Bubat ini tejadi pada abad 14 tepatnya tahun 1357, atau sudah 600 tahun yang lalu. Ini memang peristiwa sejarah bukan mitos tetapi cerita detailnya memang tidak didapatkan. Karena tidak ada prasasti terkait dengan peristiwa, yang ada adalah manuskrip atau cerita babat.

Menurutnya peristiwa perang Bubat masih seringkali muncul dalam emosi kolektif kedua masyarakat. Seperti dalam pemilihan presiden juga muncul meski tidak resmi, hanya muncul di alam bawah sadar masyarakat. Kemudian juga muncul pada perkawinan antara orang Sunda dan Jawa.

"Ketika ada gadis Jawa dipinang Sunda muncul peristiwa gak boleh Sunda laki-laki menikahi perempuan Jawa. Yang boleh laki-laki Jawa menikahi perempuan Sunda. Emosi kolektif itu masih ada," kata dia.

Meskipun seiring berjalannya waktu, hal itu sudah mulai terkikis. Tetapi situasi perasaan kolektif dengan sentimen negatif merugikan perjalanan bangsa ke depan.

Menurutnya dengan adanya pemberian nama-nama jalan ini sebagai salah satu bentuk untuk menghilangkan beban hambatan psikologis yang terjadi di masa lalu.

Enam nama jalan baru di DIY yang resmi dipakai yakni Jalan Majapahit, jalan Padjajaran, jalan Siliwangi, jalan Brawijaya, jalan Ahmad Yani dan jalan Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro. (bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads