Penjelasan Pengacara soal Postingan di Medsos Asma Dewi

Penjelasan Pengacara soal Postingan di Medsos Asma Dewi

Muhammad Taufiqqurrahman - detikNews
Kamis, 14 Sep 2017 16:40 WIB
Foto: Facebook Asma Dewi Ali Hasjim
Jakarta - Asma Dewi ditangkap polisi karena diduga menebarkan ujaran kebencian di Facebook dan terlibat dalam grup Saracen. Pengacara Asma Dewi, Djudju Purwantoro, pun memberikan penjelasan.

"Ada 3 postingan, rata-rata tahun 2016. Sudah lama sekali," ucap Djudju di Masjid Baiturrahman, Jalan Dr Saharjo, Jakarta Selatan, Kamis (14/9/2017).

Djudju menyebut postingan pertama Asma Dewi yaitu soal vaksin campak-rubella. "Ya itulah kalau vaksin atau virus dari China, hanya China itu saja yang dipersoalkan. China siapa? Orang golongan kelompok? Ya negara China bukan dari India bukan dari Thailand," sebutnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian, postingan kedua yang disebut Djudju yaitu tentang harga daging. Djudju pun memberikan pembelaan.

"Pernah dengan Mentan (Menteri Pertanian) katakan harga daging mahal, kalau merasa mahal, makan jeroan saja, pernah dengar? Yang nyatakan bukan Bu Asma, tapi Mentan, kok masyarakat makan jeroan, kenapa nggak menterinya makan jeroan," ucap Djudju.

Lalu postingan ketiga disebut Djudju soal Sansekerta. "Ada tulisan Sansekerta, postingnya negara Singapura diajarkan Sansekerta. Kenapa di Indonesia diajarkan bahasa China, China lagi," ucap Djudju.

Menurut Djudju, postingan Asma Dewi hanya mengacu pada sumber asli yang kemudian dikomentari.

"Itu kan mengaju pada statement asli, bukan Bu Asma yang buat itu ada dari pihak lain kemudian menanggapi," ucapnya. (tfq/dhn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads