Tertembak dan Kena Bom, Anak-anak Rohingya Dirawat di Bangladesh

Tertembak dan Kena Bom, Anak-anak Rohingya Dirawat di Bangladesh

Novi Christiastuti - detikNews
Kamis, 07 Sep 2017 19:07 WIB
Bocah Rohingya, Mohammed Idrees dan ayahnya (REUTERS/Krishna N. Das)
Dhaka - Banyak pengungsi Rohingya, termasuk anak-anak dan remaja, yang luka-luka dalam pelarian ke Bangladesh. Tidak sedikit dari mereka yang mengalami luka parah akibat tembakan atau terkena serpihan bom.

Seperti dilansir Reuters, Kamis (7/9/2017), sedikitnya 60 pengungsi Rohingya yang luka parah dirawat di rumah sakit Chittagong, rumah sakit pemerintah terbesar di Bangladesh bagian tenggara. Salah satunya adalah Mohammed Idrees (10) yang telinga kanannya terserempet tembakan. Bocah Rohingya ini tak sadarkan diri saat dibawa ke Bangladesh. Namun dia menyatakan tidak ingin kembali ke Myanmar sebelum ada kedamaian.

"Saya tidak ingat apa yang terjadi kepada saya, tapi saya ingin bertemu ibu saya. Sakit sekali," ucap Idrees, yang terbaring di ranjang dengan kepala diperban dan tangannya terus memegang tangan sang ayah yang duduk di sebelahnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Idrees menangis saat ayahnya, Mohammed Rasheed, menceritakan kembali bagaimana militer Myanmar menembaki desa mereka, Kyauk Chaung, secara membabi buta pada 25 Agustus. Salah satu peluru menyerempet telinga Idrees saat mereka meringkuk di balik kanal dekat rumah mereka. Enam warga desa tersebut tewas dalam penembakan brutal yang berlangsung satu jam itu.

Idrees yang mengalami pendarahan parah kemudian dibawa dengan tandu dari bambu, melintasi perbukitan hingga menyeberangi perbatasan Bangladesh pada malam yang sama. Ibunda, tiga saudara perempuan dan satu saudara laki-lakinya tiba di Bangladesh beberapa hari setelahnya.

"Kami semua beruntung masih hidup," ucap Rasheed.


Di seberang ranjang Idrees, terdapat seorang pria Rohingya dengan beberapa luka tembak di bahu, paha dan tulang keringnya. Pria itu menggeliat kesakitan dengan selang pernapasan menempel pada hidungnya, membantunya bernapas.

Situasi di rumah sakit Chittagong yang biasanya hanya ramai saat saat-saat, kini menerima pasien dua kali lipat dari kapasitas. Kebanyakan pasien adalah pengungsi Rohingya dengan kaki hingga mata terluka, yang berjuang untuk hidup. Puluhan pria muda Rohingya, sambil merintih kesakitan dengan kaki atau tangan diperban, terpaksa terbaring di atas matras yang digeletakkan begitu saja di lantai.

Salah satu yang meregang nyawa adalah Mohammad Jubair (21), yang kini dirawat intensif di unit luka bakar dan bedah plastik. Bagian kanan wajah Jubair hancur parah, sedangkan bagian kiri mengalami luka bakar parah sama seperti bagian bawah tubuhnya. Jubair disebut terkena ledakan bom yang dijatuhkan helikopter militer Myanmar saat melarikan diri dari Rakhine pada 26 Agustus lalu.


Menurut dokumen rumah sakit setempat, nyaris seluruh pengungsi Rohingya yang dirawat di Chittagong, mengalami luka tembakan juga luka akibat ledakan bom. Sepertiga dari total korban luka adalah remaja atau anak-anak dengan usia paling muda 6 tahun. Sedangkan sumber PBB menyebut, untuk 3 September saja, ada 31 pengungsi Rohingya dengan luka tembakan dan enam orang lainnya dengan luka bakar yang dilarikan ke Chittagong.

Ajoy Kumar Dey yang bertugas di rumah sakit tersebut menuturkan, dirinya belum pernah menemui luka-luka semacam ini pada aliran pengungsi Rohingya sebelumnya. Banyaknya anak-anak dan remaja yang luka-luka, sebut Dey, menunjukkan betapa parahnya situasi di Rakhine saat ini.

(nvc/imk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads