Surat itu dibacakan Suciwati dalam Aksi Kamisan, sekaligus memperingati 13 tahun kematian Munir. Aksi itu digelar di depan Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Kamis (7/9/2017).
"Ini surat yang saya kirim ke Jokowi hari ini, jadi saya akan bacakan. Karena dia lagi jalan-jalan ke Singapura, semoga dia mendengar, jangan boleh budek Pak," kata Suciwati sebelum membacakan surat itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jakarta, Kamis 7 September 2017.
Bapak Presiden yang terhormat, hari ini 7 September sudah 13 tahun suami saya Munir Said Thalib dibunuh. Semoga Bapak Presiden masih ingat dengan peristiwa pembunuhan yang menimpa suami saya, dia dibunuh dengan cara curang serta pengecut, dan para pembunuhnya memakai racun arsenik dan penjahatnya hari ini masih bebas. Masih kah Bapak Ingat tanggal 22 September 2016 anda mengundang 22 pakar hukum dan HAM di situ, dan anda berjanji akan menuntaskan kasus Munir. Hampir satu tahun saya belum melihat janji yang Bapak Presiden ucapkan itu terealisasi.
Bapak Joko Widodo yang terhormat. Waktu tak pernah mampu menghapus rasa cinta dan rindu pada orang yang kita cintai. Haruskan rasa kehilangan itu hadir dahulu baru menepati janji wahai Bapak Jokowi. Kami berharap tidak, bagaimana rasanya jika anda kehilangan anak anda tercinta atau istri anda yang tercinta?
13 tahun bukan waktu yang sebentar untuk terus merasakan kehilangan, tidak saja raga namun juga rasa keadilan. Tidak kah janji itu menjadi catatan sejarah bangsa ini bahwa bapak seorang presiden yang absen mengisi ruang keadilan bagi Munir?
Bapak Presiden Joko Widodo. Setelah Majelis Komisi Informasi Pusat mengabulkan permohonan sengketa informasi yang kami ajukan pada 10 Oktober 2016 meminta Pemerintah RI atau Bapak Presiden wajib mengumumkan hasil Tim Pencari Fakta (TPF) kematian Munir untuk dipublikasikan. Masihkah bapak ingat pada tanggal 14 Oktober 2016 bapak menunjuk Jaksa Agung untuk kasus Munir, untuk menuntaskannya. Dengan gagah, anda meminta Jaksa Agung segera bekerja menindaklanjuti kasus suami saya, Munir. Namun apa yang terjadi kemudian, yang kami temui hiruk-pikuk cuci tangan dan lempar tanggung jawab atas tidak ditemukannya dokumen TPF Munir . Apakah bapak mau menganulir perintah bapak ke Jaksa Agung?
Saya dengan segenap rakyat Indonesia tidak memahami dagelan macam apa yang sedang bapak pertunjukan. Ini kah cara bapak memberi pendidikan politik anak bangsa? Dengan kebohongan? janji tanpa realisasi? Sungguh yang kami rindukan adalah presiden yang berani dan meneparti janji.
Bapak presiden yang terhormat. Sampai hari ini kami para pecinta keadilan dan kebenaran tidak kenal lelah untuk terus menunggu kabar penegakan hukum dan hak asasi manusia lewat janji nawacita bapak. Kami ada di depan, di seberang Istana berdiri diam, berpayung dan berbaju hitam, berharap kami mendapat payung keadilan. Lewat Aksi Kamisan ke 505, kami tidak akan lelah meminta pertanggungjawaban negara atas derita dan luka bangsa ini, untuk meluruskan sejarah bangsa ini untuk pengungkapan kebenaran dan keadilan. Adakah kabar itu akan hadir? semoga tidak seperti pendahulu bapak yang terus memberi ruang kosong keadilan bagi kami. Salam dari kami, masyarakat yang terlalu sakit atas kehilangan yang selalu optimis pada cinta, keadilan dan kebenaran. Salam hormat saya. Terima kasih. (idh/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini