"AS telah berbicara dengan Korut dan membayar uang pemerasan pada mereka, selama 25 tahun," demikian postingan Trump lewat akun Twitter miliknya. "Bicara bukanlah jawaban!" tulis Trump seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (31/8/2017).
Namun beberapa jam setelah komentar Trump tersebut, Menteri Pertahanan AS Jim Mattis menyampaikan hal berbeda ketika ditanyai wartawan apakah AS tak lagi mengupayakan solusi diplomatik dengan Korut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami terus bekerja sama, dan menteri dan saya sama-sama bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan bagi negara kami, penduduk kami dan kepentingan kami," imbuh Mattis.
Trump sebelumnya telah bertekad tak akan membiarkan Korut mengembangkan rudal nuklir yang bisa menjangkau wilayah AS. Ditegaskan Trump, semua opsi tetap ada.
Korut menuai kecaman dunia setelah menembakkan rudal balistik yang melintasi angkasa Jepang pada Selasa (29/8). Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe mengecam peluncuran rudal tersebut sebagai ancaman serius dan sangat berbahaya yang belum pernah terjadi sebelumnya. PM Abe pun setuju dengan Presiden AS Donald Trump untuk lebih meningkatkan tekanan terhadap Korut.
Korut melalui KCNA, menyebut peluncuran rudal yang melintasi Jepang tersebut merupakan 'langkah awal' dan 'pendahuluan' dari rencana serangan rudal ke Guam, wilayah AS di Pasifik.
"Latihan peluncuran rudal balistik terbaru seperti perang sungguhan adalah langkah pertama operasi militer dari KPA (militer Korut) di Pasifik dan pendahuluan penting untuk mengatasi Guam," ucap pemimpin Korut Kim Jong-Un seperti dikutip KCNA.
Beberapa waktu lalu, Korut mengklaim akan menembakkan empat rudal ke Guam, yang menjadi lokasi dua pangkalan militer AS. Ancaman Korut itu memicu kekhawatiran AS dan dunia, sebelum akhirnya Kim Jong-Un memutuskan menunda serangan. Kim Jong-Un beralasan dirinya ingin mengawasi 'perilaku bodoh' AS lebih lama, sebelum sungguh-sungguh melancarkan serangan.
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini