Sepanjang kariernya, Tonny pernah meraih tiga penghargaan Satyalencana dari Presiden, yakni pada 2000, 2010, dan 2016. Dengan penghargaan tersebut, bolehlah dia masuk kategori pegawai teladan.
Dua tahun sebelumnya, saat menjabat Direktur Kenavigasian, Tonny menorehkan prestasi lumayan cemerlang. Saat pesawat Air Asia QZ8501 jatuh di Selat Karimata menjelang akhir 2014, insinyur geodesi dari UGM itu ditunjuk sebagai Koordinator Tim Operasi SAR di Kapal KN Jadayat. Timnya kala itu berhasil menemukan kotak hitam (black box), sehingga mendapat apresiasi dari berbagai pihak.
Sebagai dirjen, Tony semestinya belajar dari pendahulu ataupun para stafnya. Bobby R. Mamahit, yang pernah menjadi Dirjen Hubla, Februari 2013-Oktober 2015, pernah berurusan dengan KPK. Ia ditetapkan sebagai tersangka pada 15 Oktober 2015 karena terlibat korupsi proyek pembangunan Balai Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran (BP2IP) di Sorong, Papua. Nilai kerugian negara mencapai Rp 40,1 miliar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi kemudian membentuk Satuan Tugas Operasi Pemberantasan Pungli dengan melibatkan IW dan YLKI, Tonny masuk tim.
"Saya berharap segenap jajaran berkomitmen memberikan pelayanan terbaik, jujur, transparan, dan berpedoman pada prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang bersih," ujarnya kepada pers kala itu.
Hampir setahun berselang, Tonny justru meniru perilaku para stafnya yang gemar melakukan pungli atau menerima suap. Pada Rabu (23/8/2017), KPK menangkap Tonny di kediamannya di Gunung Sahari, Jakarta Pusat. Dari Tonny, disita uang suap total Rp 20,74 miliar. Fantastis!
"Atas nama pribadi, saya memohon maaf kepada masyarakat," ujarnya kalem kepada wartawan di gedung KPK.
Ia mengaku menerima uang itu untuk biaya operasional dirinya sebagai dirjen. Salah satunya memberi sumbangan untuk anak-anak yatim dan kegiatan sosial keagamaan. (jat/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini