"Air bersih untuk seluruh wilayah Kecamatan Lamaknen Selatan itu merupakan kesulitan sendiri," kata Camat Lamaknen Selatan, Justinus L Bau, kepada wartawan di Lamaknen Selatan, Belu, Atambua, NTT, Rabu (23/8/2017).
Justinus mengatakan ada dua sumber air di sekitar wilayah Lamaknen Selatan, tetapi letaknya masuk wilayah kedaulatan Timor Leste. Jarak antara permukiman warga dan sumber mata air sekitar 2,5 kilometer dan hanya bisa dijangkau dengan berjalan kaki.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Warga harus jauh-jauh ke sungai, ke negara sebelah, untuk ambil air. Ke sungai ini kurang-lebih 2,5 km. Jadi pergi-pulangnya 5 km," imbuh Justinus.
![]() |
Justinus berharap pemerintah pusat memberikan perhatian atas kesulitan warganya karena dibutuhkan dana besar untuk merealisasi teknologi pengaliran air dari sumbernya ke permukiman warga.
"Kalau kita akan pergunakan atau eksploitasi, membutuhkan dana yang cukup besar. Tentu mungkin dari APBD tidak bisa mampu untuk menjawab. Ini harapannya ada bantuan dari pemerintah pusat," ucap Justinus.
Justinus menerangkan kegiatan warga perbatasan mengambil air di wilayah Timor Leste tidak dipersoalkan warga Timor Leste karena, meski berbeda kewarganegaraan, kedua pihak masih memiliki hubungan darah.
"Kebetulan kita dengan masyarakat Timor Leste yang berbatasan dengan kecamatan kita, ada hubungan kekeluargaan. Sehingga persoalan air bukan jadi persoalan luar biasa. Mereka bisa mengambil air bersama-sama di sana sebagai saudara," tutur Justinus.
Selain mengutarakan masalah akses air bersih, Justinus menyinggung masalah fasilitas infrastruktur di Lamaknen Selatan yang dinilai masih minim.
"Pembangunan harus lebih cepat lagi. Sehingga masyarakat merasa bahwa pemerintah, negara hadir untuk memberi perhatian kepada mereka. Sehingga mereka semakin mencintai Indonesia karena potensi cinta Tanah Air sudah ada," ujar Justinus.
"Maka masyarakat tidak akan lagi terpengaruh atau tergoda untuk melirik ke negara tetangga," sambung dia. (aud/jbr)