Jusuf Ronodipuro, Babak Belur dan Nyaris Dipancung Jepang

Penyebar Berita Proklamasi

Jusuf Ronodipuro, Babak Belur dan Nyaris Dipancung Jepang

Aryo Bhawono - detikNews
Kamis, 17 Agu 2017 13:20 WIB
Foto: Foto: Wikipedia
Jakarta - Kabar kemerdekaan Indonesia tak boleh berhenti di halaman rumah Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Tapi proklamasi harus di dengar di seluruh penjuru tanah air. Tekad inilah yang membuat Sukarni ditemani ajudan Laksamana Maeda, Nishijima nekad menembus jalanan Jakarta pada 17 Agustus 1945. Tujuannya adalah kantor radio Hoso Kyoku.

Sepanjang perjalanan suasana cukup mencekam. Tentara Jepang bersiaga di mana-mana, termasuk di kantor radio tersebut. "Di dalam sana ada Jusuf Ronodipuro dan Bachtiar Lubis, kakak wartawan senior Mochtar Lubis," kata sejarawan Rusdi Hoesein kepada detik.com, Rabu (16/8/2017).

Sukarni dan Nishijima menyerahkan salinan teks proklamasi yang didapat dari BM Diah kepada Syahrudin yang kemudian menyelinap melalui pintu belakang Hoso Kyoku. Naskah itu lalu diserahkan kepada Jusuf untuk dibacakan. Tak mudah melakukan hal itu karena semua ruang siaran dijaga kempetai (mata-mata Jepang).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akhirnya Jusuf nekad menyelinap ke studio siaran internasional yang lama tak dipakai. Teknisi radio membantunya menyambungkan kabel siaran sehingga naskah proklamasi yang dia siarkan dapat mengudara pada pukul 19.00. Tak lama berselang, kempetai mencium ulah Jusuf dan menciduknya.

Menurut Husein, Jusuf sempat diancam bakal dihukum pancung. Namun petinggi Hoso Kyusu dari kalangan sipil membelanya hingga akhirnya hanya mendapat hukuman disipliner. Toh begitu, siksaan fisik tak bisa dihindari Jusuf.

"Badan dan mukanya hancur. Kakinya juga pincang, sampai tua-pun masih pincang karena hukuman ini," kata Husein.

Setelah pulih, pada 11 September 1945 Jusuf bersama Dr Abdurahman Saleh mendirikan cikal bakal Radio Republik Indonesia (RRI). Dia pula yang menciptakan slogan RRI, "Sekali di Udara Tetap di Udara".

Saat menjabat kepala RRI pada 1950, Jusuf berhasil membujuk Bung Karno untuk mau membaca kembali teks Proklamasi dan direkam. Jadilah, kita semua saat ini bisa mendengar suara Bung Karno membacakan Proklamasi.

Selama hidupnya Jusuf pernah menjadi duta besar di Uruguay, Argentina, dan Cili. Lelaki kelahiran Salatiga, 30 September 1919 itu berpulang pada 21 Januari 2008. (ayo/nvl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads