Ini Pernyataan Waketum Gerindra 'Wajar PDIP Disamakan dengan PKI'

Ini Pernyataan Waketum Gerindra 'Wajar PDIP Disamakan dengan PKI'

Gibran Maulana Ibrahim - detikNews
Selasa, 01 Agu 2017 19:19 WIB
Waketum Gerindra Arief Poyuono (Foto: dok. pribadi)
Jakarta - Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Poyuono melontarkan pernyataan yang membuat berang PDIP. Ada dua pernyataan Arief yang membuat geram PDIP. Keduanya soal pandangan masyarakat tentang kedekatan PDIP dengan PKI.

Arief melontarkan pernyataan tersebut saat menanggapi perkataan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto soal pasal presidential threshold (PT) atau ambang batas pengajuan capres sebesar 20-25 persen dalam UU Pemilu. Menurut Arief, pernyataan Hasto seperti PKI. Dia juga membawa nama Presiden Joko Widodo dalam pernyataannya.

"Nah, ini sama saja Joko Widodo dan PDIP serta antek-anteknya membohongi masyarakat dan kurang sampai otaknya tentang sebuah arti hak konstitusi warga negara dalam negara yang berdemokrasi. Jadi wajar saja kalau PDIP sering disamakan dengan PKI. Habis, sering buat lawak politik dan nipu rakyat, sih," kata Arief dalam pernyataannya yang pertama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pernyataan Arief yang kedua ditulisnya dengan judul 'PDIP Bukan PKI Asal Tidak Langgar Hak Konstitusi Rakyat dalam Pemilu 2019'. Masih sama dengan pernyataannya yang pertama, Arief menyebut sifat PDIP yang dikatakannya antikritik sama seperti PKI.

"Nah, biasanya sifat PKI itu antikritik dan melanggar konstitusi. Makanya wajar sehingga PDIP sering disamakan dengan PKI seperti keluhan Hasto kepada media saat menanggapi pernyataan Prabowo di Cikeas saat bertemu SBY. Sebab, sifat dasar PKI kan bertindak tanpa otak dan kurang waras serta melanggar konstitusi dan menipu rakyat dengan jargon kerakyatan," ucapnya.

Berikut ini dua pernyataan lengkap Arief soal 'Wajar PDIP Disamakan PKI':

Pernyataan pertama:

Bukan ambisi salah besar Sekjen PDIP menanggapi pernyataan Prabowo yang mengatakan lelucon politik dan menipu rakyat.

UU pemilu dengan PT 20 persen malah bukan hanya lelucon politik dan menipu rakyat, tapi yang menyetujui UU Pemilu tersebut kurang waras dan melanggar hak konstitusi para pemilih pemula dan menganggap rakyat bodoh hanya demi memulai sebuah rencana kecurangan dalam Pemilu 2019.

Begini, enggak warasnya mereka yang menyetujui UU Pemilu 2019 dengan PT 20% di mana Pileg dan Pilpres 2019 diselenggarakan bersamaan dan capres maju dengan syarat PT 20 persen. Jika yang dijadikan dasar PT 20% adalah hasil perolehan suara dan kursi di DPR RI Pemilu 2014,artinya pemilih pemula pada Pemilu 2019 dan Pilpres 2019 kehilangan hak konstitusinya untuk mengusung seseorang calon presiden karena mereka pada tahun 2014 belum bisa memberikan suaranya sebagai dasar untuk mengusung capres-cawapres pada Pemilu 2019.

Nah ini sama saja Joko Widodo dan PDIP serta antek-anteknya membohongi masyarakat dan kurang sampai otaknya tentang sebuah arti hak konstitusi warga negara dalam negara yang berdemokrasi. Jadi, wajar aja Kalau PDIP sering disamakan dengan PKI. Habis, sering buat lawak politik dan nipu Rakyat sih.


Pernyataan kedua:

Keluhan Sekjen PDIP Terkait PDIP yang sering dikaitkan dengan PKI seharusnya menjadi sebuah koreksi bagi PDIP, di mana kok bisa PDIP yang merupakan partai berideologi Pancasila sampai dikaitkan dengan PKI.

Keberadaan PKI sendiri sudah selesai. Karena itu, jangan dong Prabowo mengkritik UU Pemilu yang dianggap lelucon politik dan nipu rakyat dikira ambisi jadi presiden. Kok Hasto sebagai sekjen partai antikritik sih.

Nah, biasanya sifat PKI itu antikritik dan melanggar konstitusi. Makanya wajar sehingga PDIP sering disamakan dengan PKI seperti keluhan Hasto kepada media saat menanggapi pernyataan Prabowo di Cikeas saat bertemu SBY. Sebab, sifat dasar PKI kan bertindak tanpa otak dan kurang waras serta melanggar konstitusi dan menipu Rakyat dengan jargon kerakyatan.

Terkait UU Pemilu, menurut saya terkait persyaratan PT 20 persen sudah jelas kok terjadi penghilangan hak konstitusi pemilih pemula pada Pilpres 2019 jika PT yang digunakan hasil Pemilu 2014 dan Pileg serta Pilpres bersamaan diadakannya.

Di mana pemilih pemula itu memiliki kak konstitusi untuk mengusung seseorang menjadi capres dan saat Pilpres 2019 pemilih pemula tidak masuk dalam bagian rakyat yang mengusung capres 2019 dengan PT 20% yang menggunakan hasil Pemilu 2014.

Jadi PDIP jangan salah tanggap. Saya tidak menuduh Kok PDIP itu sama dengan PKI, tapi akibat pemaksaan kehendak dalam PT 20% itu jadi sering PDIP dituduh dan disamakan dengan PKI. Coba lebih sadar dan jangan memaksakan kehendak di luar kewarasan maka tuduhan terhadap PDIP dikaitkan dengan PKI pasti tidak ada. Saya jamin PDIP bukan PKI seperti yang dituduhkan oleh segelintir orang yang tidak suka dengan PDIP.

Arief sendiri telah meminta maaf atas pernyataannya tersebut. Arief menuliskan permohonan maaf secara tertulis. Selain itu, dia membuat surat permohonan maaf yang ditandatangani di atas meterai Rp 6.000.

"Bersama ini terkait pemberitaan di beberapa di media massa yang menyebutkan pernyataan saya yang mengatakan, WAJAR SAJA KALAU PDIP SERING DISAMAKAN DENGAN PKI KARENA MENIPU RAKYAT, dengan ini saya mengklarifikasi bahwa saya tidak bermaksud mengatakan bahwa PDIP adalah PKI dan menipu rakyat," demikian kutipan surat dan pernyataan Arief dalam keterangan tertulis, Selasa (1/8/2017). (gbr/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads