"Karena kan begini, tuntutan dari teman-teman di lapangan. (Polisi) Lalu Lintas dan Sabhara yang jadi korban-korban (teroris) kemarin, ya. Di Kampung Melayu, misalnya, korbannya dari Sabhara. Di Tuban, (korbannya Polisi) Lalu Lintas," terang Tito.
Hal itu disampaikannya di Rupatama, Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (25/7/2017). "Mereka diserang oleh teroris, tapi mereka tidak dilengkapi dengan alat bela diri yang cukup, khususnya senjata api," imbuh Tito.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di daerah-daerah rawan serangan yang kami anggap menurut peta intelijen daerah rawan teror, kami ingin melengkapi anggota dengan alat bela diri, di antaranya senjata api," jelas Tito.
"Nah, untuk pengadaan senjata api ini, terutama anggota (Polisi) Lalu Lintas dan Sabhara, ya," imbuh dia.
Untuk merealisasikan rencana itu, Tito melanjutkan, Polri telah berdiskusi dengan pimpinan PT Pindad dan Wakapolri Komjen Syafruddin, yang merupakan Komisaris PT Pindad. Tito mengaku tujuan lainnya menggandeng PT Pindad menyuplai senjata adalah mendukung industri senjata dalam negeri.
"Ini kami sudah membuka kerja sama dengan Pindad. Minggu lalu Dirut Pindad datang, kebetulan Wakapolri adalah komisaris. Jadi kami juga meminta mereka nanti untuk pengadaan, kami ada bujet untuk itu. Dan sekaligus untuk mendorong industri senjata dalam negeri," tutur Tito.
Jenis senjata yang akan dibeli Polri, imbuh Tito, adalah senjata laras pendek. "Saya lupa jenisnya. Hanya yang pendek, bukan senjata panjang," sambung dia.
Ditanyai perihal banyaknya pistol yang dipesan, Tito menyebutkan jumlahnya sekitar 5.000 unit. Jumlah tersebut, diakui Tito, sebenarnya masih kurang dibanding jumlah polisi yang bertugas di lapangan.
"Saya kemarin tanya kepada Pindad, mereka punya persediaan kira-kira 5.000 (pistol), kami mintanya kalau bisa di atas 10 ribu, ya. Tapi 5.000-an kalau nggak salah yang tersedia," ucap dia. (aud/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini