Serangan terhadap pasukan elite Kelompok Keamanan Kepresidenan, PSG di provinsi North Cotabato tersebut menjadi pukulan baru bagi mandeknya proses perdamaian antara pemerintah dan Front Demokratis Nasional, sayap politik Maois. Saat kejadian, Presiden Rodrigo Duterte tidak sedang berada di wilayah tersebut.
"Empat orang dari pasukan kami di dua kendaraan terluka ringan dalam baku tembak itu," ujar komandan PSG, Brigadir Jenderal Louie Dagoy kepada para wartawan seperti dilansir kantor berita Reuters, Rabu (19/7/2017). Diimbuhkannya, para pemberontak kabur usai baku tembak tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasukan pengawal kepresidenan biasanya dikerahkan menjelang kegiatan-kegiatan presiden, guna mengamankan wilayah yang akan didatangi presiden. Dikatakan Dagoy, saat kejadian PSG tengah melakukan tugas lain dan bukan sedang mempersiapkan kunjungan Duterte.
Insiden terbaru menekankan tantangan yang dihadapi militer Filipina di wilayah Mindanao, sebuah pulau berpenduduk sekitar 22 juta orang yang memiliki sejarah pemberontakan sejak lama. Pasukan pemerintah saat ini tengah memerangi para militan pro-ISIS yang telah menduduki jantung kota Marawi di Mindanao selama 58 hari. Selain itu, operasi militer juga terus berlangsung di bagian barat Mindanao terhadap para militan Abu Sayyaf yang kerap melakukan penculikan dan pembajakan kapal-kapal laut.
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini