Menteri Negara untuk Urusan Luar Negeri UEA, Anwar Gargash, menegaskan berita yang dimuat koran The Washington Post sebagai berita palsu.
"Berita Washington Post hari ini bahwa kami meretas (situs ) Qatar adalah tidak benar," tuturnya kepada lembaga pemikir strategis Inggris, Chatham House.
Tanggal 24 Mei lalu, Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani, dikutip memuji gerakan Hamas yang menguasai Gaza dan menyebut Iran sebagai 'kekuatan Islam'.
- AS: Tuntutan negara-negara Arab kepada Qatar sulit dipenuhi
- Qatar membuka jalur laut langsung dengan Oman
- Indonesia urung mencabut lisensi Qatar Airways
Belakangan, pada 5 Juni, Arab Saudi, UEA, Bahrain, dan Mesir menyatakan pemutusan hubungan diplomatik dan transportasi dengan Qatar, yang mereka anggap mendanai kelompok-kelompok militan serta menjalin persekutuan dengan musuh wilayah, Iran.
Akibat pemutusan hubungan diplomatik dan transportasi tersebut, Qatar -yang amat tergantung pada bahan pangan dan beberapa produk lain- harus mengandalkan jalur pasokan baru, antara lain dengan menggunakan pelabuhan Oman.
Sementara itu Iran dan Turki ikut membantu dengan menggunakan jalur udara untuk memasok bahan pangan ke Qatar.
- Krisis Qatar: Empat faktor kejengkelan tetangga Arab
- Unta dan domba Qatar pun terkena dampak pengucilan
- Lima pertanyaan besar Anda soal pengucilan Qatar terjawab
The Washington Post juga menerbitkan bantahan dari Duta Besar UAE untuk Amerika Serikat, Yousef al-Otaiba.
"UEA tidak punya peran sama sekali dalam dugaan peretas yang disebut di artikel itu. Yang benar adalah perilaku Qatar. Mendanai, mendukung, dan memungkinkan para ekstremis, dari Taliban ke Hamas, dan Qadafi. Memicu kekerasan, mendorong radikalisasi dan merongrong stabilitas tetangga-tetangganya."

Pihak berwenang di Amerika Serikat, menurut The Washington Post, pekan lalu menyadari berdasarkan informasi yang dikumpulkan dinas intelijen bahwa pada 23 Mei 2017, para anggota senior pemerintah UEA membahas rencana peretasan dan pelaksanaannya.
Namun tidak dipastikan apakah UEA yang melakukan peretasan atau dilakukan oleh pihak lain yang dikontrak.
Sementara badan-badan intelijen AS -seperti Direktur Intelijen Nasional, CIA, dan FBI- menolak memberikan komentar ketika dihubungi The Washington Post.
Berita yang diretas terbit pada 24 Mei, tak lama setelah Presiden Donald Trump menggelar pertemuan yang membahas kontraterorisme dengan para pemimpin Teluk di Arab Saudi, yang menyatakan mereka bersatu dalam melawan terorisme.
(nvc/nvc)