Sosok yang istimewa ini menarik perhatian Presiden AS ke-44 Barack Obama dan keluarga besarnya. Ki Sardjono diundang untuk menggelar pertunjukan wayang di hadapan Obama dan 7 anggota keluarganya saat berlibur di Yogyakarta.
Pertunjukan wayang digelar secara tertutup di executive lounge Hotel Tentrem, Yogyakarta, Kamis (29/7). Tak hanya itu, Sardjono bercerita tentang penjagaan dan pemeriksaan oleh para pengawal presiden.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat detikcom menyambangi kediamannya di Jalan Veteran UH II/941 RT 45 RW 12, Muja Muju, Yogyakarta, Sardjono menceritakan perjuangan hidupnya setelah divonis kehilangan penglihatan saat usianya 28 tahun.
"Sejak 1979, sedikit demi sedikit hilang (penglihatan), dokter memvonis sudah tidak bisa disembuhkan," ujar Sardjono.
Pria yang memiliki tutur kata halus ini tak patah semangat dengan vonis dokter. Dia kemudian mengenyam pendidikan di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) atau saat ini Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Jurusan Pendidikan Luar Biasa.
Lulus dari sana ternyata tak membuat Sardjono mendapat kesempatan kerja yang sama dengan orang kebanyakan. Saat ada lowongan pekerjaan sebagai dosen di kampus tempatnya berkuliah, dia tak diperbolehkan mendaftar karena kondisi fisiknya.
"Saat itu tahun 1987, ramai diberitakan media," ucapnya.
![]() |
"Saya daftar saja sudah tidak boleh. Tapi dari situ saya berpikir saya bisa mengabdi di mana saja. Saya bersyukur bisa merasakan ditolak tanpa alasan. Saya lalu mengambil keputusan untuk menjadikan hobi saya di kesenian untuk mencari nafkah," ucapnya.
Dia mulai melukis, membuat topeng, membuat alat peraga pendidikan luar biasa, membuat wayang, dan mendalang. Dunia kesenian Jawa, bagi Sardjono, sudah mendarah daging. Ayahnya dulu seorang pemain gamelan. Masa kecilnya habis untuk menari, karawitan, dan menggambar wayang.
Tak ingin setengah-setengah, Sardjono memutuskan bersekolah di Habirandha, sekolah dalang di Keraton Yogyakarta, sejak 2014 hingga akhir 2016. Meski tunanetra, Sardjono mendalang dengan pakem yang sama.
"Tidak ada maklum, wong saya tunanetra, itu tidak ada. Harus sesuai standarnya," ucap Sardjono.
Dari situ dia semakin serius menggeluti profesinya sebagai dalang.
Saat memperoleh undangan dari Obama, Sardjono mengaku kaget. Ditambah lagi, dia hanya diberi waktu sehari untuk mempersiapkan pergelarannya.
"Obama atau tukang becak sebetulnya sama saja. Saya hargai kalau dia senang wayang betul. Plusnya apalagi ini orang Amerika kok berminat, saya bersyukur, atase saya kok caos panglipur (Hanya seorang saya bisa menyajikan hiburan) di depan tokoh dunia. Kalau bukan campur tangan Tuhan, ini aneh sekali," tuturnya. (sip/bag)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini