Triawan Munaf Jawab Kritik terhadap 'Saya Pancasila, Saya Indonesia'

Triawan Munaf Jawab Kritik terhadap 'Saya Pancasila, Saya Indonesia'

Fajar Pratama - detikNews
Senin, 05 Jun 2017 10:21 WIB
Triawan Munaf (Ari Saputra/detikcom)
Jakarta - Sejumlah pihak mengkritik jargon 'Saya Pancasila, Saya Indonesia' yang digaungkan pemerintah. Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf menjawab kritik tersebut.

Lewat akun Instagram-nya, @triawanmunaf, Triawan menjelaskan soal pertimbangan dipilihnya jargon 'Saya Pancasila, Saya Indonesia'. Triawan menyadari ada kekurangtepatan tata bahasa, namun jargon itu dibuat untuk anak muda, sehingga digunakan istilah yang mengena.

"Kami menggunakan idiom anak muda yang elliptic agar kena dan sesuai dengan apa yang mereka sering gunakan sehari-hari. Apalagi ini adalah slogan yang harus catchy," ujar Triawan seperti dikutip, Senin (5/6/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Berikut ini pernyataan lengkap Triawan:

Buat yang mengritik secara dahsyat bahwa 'Saya Indonesia, saya Pancasila' itu salah, dan seharusnya katanya "Saya Orang Indonesia, saya Pancasilais", ini respon saya: Kami menggunakan idiom anak muda yg 'Elliptic' agar kena dan sesuai dengan apa yg mereka sering gunakan sehari-hari. Apalagi ini adalah slogan yang harus 'catchy'.

Seperti istilah 'A dream come true', secara grammar harusnya 'A dream (that has) come true'. Juga 'a horse [that was] left behind atau 'A day [that has/is] gone by'. Mungkin belum banyak yang paham mengenai hal tsb. Maklum bukan anak millennials. Dan terbukti slogan ini mendapat sambutan yg luar biasa hingga viral. Hanya anak millennials yg mengerti. Belum pernah sebelumnya kampanye Pancasila bisa diterima lewat pop-culture. Tidak basi seperti yang sudah-sudah.

Sedangkan bagi yang mengkritik bahwa pemilihan penggunaan kata 'saya' tidak 'merangkul', dan seharusnya menggunakan 'kami'. Jawaban saya: penggunaan kata 'SAYA Indonesia, SAYA Pancasila' justru lebih mengikat secara personal akan KOMITMEN setiap jiwa warga negara dan tidak berlindung di belakang yang lain. Karena Pancasila seyogyanya ada di aliran darah dan di detak jantung SETIAP orang Indonesia. Saran saya bikin saja kampanye yang lebih bagus dan lebih kena untuk generasinya sendiri. Saya menghormati pendapat yang beragam. Pancasila mengajari kita untuk seragam dalam memahami keberagaman. Pancasila, aku padamu!

[Gambas:Video 20detik]

(fjp/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads