"Cara berdemokrasinya sesuai dengan Islam, dengan cara kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijakan dalam permusyawaratan perwakilan," ujar Gatot, Minggu (4/6) malam.
"Jadi musyawarah dan mufakat, bukan voting, ini Pak Hanafi Rais saya ingatkan," ucapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Atas kritiknya ini, Gatot mengaku tak jadi masalah dimusuhi sejumlah pihak lantaran dia meyakini apa yang diungkapkannya benar. "Saya siap juga ditembaki, nggak apa-apa, memang Pancasila seperti itu kok," ujarnya.
"Demokrasi kita tidak sesuai lagi dengan Pancasila, tidak melalui musyawarah dan mufakat lagi," tuturnya.
Wakil Ketua Komisi I DPR RI Hanafi Rais, yang ditemui selepas pengajian kebangsaan, berdalih semangat demokrasi Pancasila yang diterapkan di parlemen masih musyawarah dan mufakat. "Semangatnya jelas musyawarah mufakat. Sebenarnya kami mengesampingkan voting," katanya.
Wujud anggota Dewan mengesampingkan voting, menurut Hanafi, dapat dilihat dari semangat fraksi-fraksi di parlemen yang lebih mengedepankan konsensus ketimbang voting. "Walaupun fraksi berbeda-beda, kalau ada persoalan politik atau apa kami menginginkan konsensus, tidak langsung voting," katanya.
Namun Hanafi memberi catatan demokrasi Pancasila yang diterapkan sekarang jangan sampai kembali ke zaman Orde Baru. Sebab, pada masa itu, setiap hal yang berbeda dengan pemerintah selalu dianggap makar.
"Dulu yang beda pandangan politik dengan pemerintah ditahan, ditangkapi, dianggap makar," katanya. (jor/jor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini