Dari jumlah penduduknya, mayoritas masyarakat Sudan memeluk agama Islam. Suasana Islamnya mirip seperti Indonesia, namun memiliki beberapa perbedaan. Misalnya, jika di Indonesia masyarakatnya banyak bermazab Syafii, mayoritas masyarakat Sudan bermazab Maliki.
Ujian sesungguhnya hidup di Sudan ada ketika bulan Ramadan. Kita diharuskan berpuasa di atas suhu stabil 40Β° Celsius. Total lamanya berpuasa di Sudan sekitar 13 jam. Mulai azan Subuh pukul 05.00 hingga azan Magrib berkumandang kisaran pukul 19.30.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Namun, Sudan sangat ramah dalam menyambut datangnya bulan yang penuh berkah. Beberapa fenomena menarik banyak terjadi, dan hanya terjadi di bulan Ramadan. Beberapa fenomena yang jarang, atau bahkan kita tidak pernah lihat di Indonesia.
Di Sudan, ada satu kejadian yang paling menarik ketika Ramadan. Kami warga Indonesia yang menetap di Sudan menyebutnya dengan 'begal ramadan'. Jika di Indonesia, orang membegal kendaraan, di Sudan orang membegal orang lain di jalanan untuk mau berbuka bersama mereka.
![]() |
Begal ini terjadi hampir di setiap sudut negeri Sudan. Di dekat tempat kami tinggal, ada sekitar 5 rumah yang menyediakan tempat untuk berbuka. Kami tinggal pilih saja, mau 'dibegal' oleh rumah yang mana.
Rumah-rumah ini menggelar tikar di depan rumah mereka, untuk orang lain datang berbuka. Mereka menyediakan aneka makanan dan minuman khas Sudan, dengan cuma-cuma. Hal ini mereka lakukan, di setiap hari selama Ramadan, sebulan penuh, mereka menyediakan hidangan berbuka itu.
Hebatnya efek 'begal' ini, banyak warga Sudan 'berebut' orang di jalan. Bahkan beberapa tahun lalu, seperti dilansir beberapa media cetak di Sudan, ada dua orang Sudan yang sampai terlibat baku hantam. Mereka pun dipolisikan. Alasannya sangat sederhana, hanya karena berebut orang di jalanan untuk berbuka puasa bersama mereka.
Cara berbuka puasa orang Sudan pun unik. Ketika azan berkumandang, mereka memilih untuk memakan kurma terlebih dahulu, berbeda dengan kita yang mayoritas memilih untuk minum teh hangat ketika azan. Teh hangat mereka sajikan justru setelah salat Magrib berjemaah. Yang lebih aneh lagi, tidak ada es teh di seluruh Sudan. Bukan kebiasaan mereka, mencampurkan teh dengan es batu.
Lalu bagaimana mengobati rindu dengan suasana berbuka di Indonesia? Alhamdulillah, pada hari Jumat dalam setiap minggunya, KBRI Khartoum selalu mengadakan buka puasa bersama dengan seluruh WNI di Sudan yang diadakan di Wisma Duta RI, tempat tinggal bapak Duta Besar RI untuk Sudan.
![]() |
Ini cara kami mengobati kerinduan akan Ramadan di Indonesia. Tersaji takjil khas Indonesia, seperti kolak pisang, bakwan, es teh, brownies, dll. Setelah Isya pun diadakan tarawih bersama.
Mungkin ini sedikit gambaran bagaimana Ramadan di Sudan. Bagi yang penasaran akan cerita Ramadan lainnya di Sudan, Persatuan Pelajar Indonesia di Sudan (PPI Sudan) dan Perhimpunan Pelajar Indonesia di Turki (PPI Turki) tahun lalu menerbitkan e-book yang berjudul "Diary Ramadhan". "Diary Ramadhan" ini berisikan tentang cerita-cerita mahasiswa /i Indonesia saat Ramadhan di Turki dan Sudan. Info Diary Ramadhan selengkapnya terdapat di link ini.
Semoga kita semua diberikan kemudahan, dan senantiasa diberikan kesehatan, dalam menjalankan ibadah puasa Ramadan.
*) Muhammad Faiz Alamsyah adalah Mahasiswa S1 University of Holy Quran and Islamic Sciences Sudan, ketua departemen media dan informasi PPI Sudan 2016-2017 dan anggota biro pers PPI Dunia 2016-2017
*) Artikel ini terselenggara atas kerja sama dan partisipasi Perhimpunan Pelajar Indonesia se-Dunia (PPI Dunia).
***
Para pembaca detikcom, bila Anda mempunyai cerita yang berkesan saat Ramadan seperti yang diceritakan di atas, silakan berbagi cerita Anda ke email: ramadan@detik.com. Sertakan 2-3 foto yang mendukung cerita Anda, data diri singkat dan kontak (email atau nomor HP) yang bisa dihubungi. (nwk/nwk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini