Bertepatan peringatan Hari Kartini, Khofifah melakukan berbagai kegiatan di Rembang. Kegiatan diawali dengan upacara peringatan Hari Kartini ke-138 di Alun-alun Rembang. Usai upacara, Khofifah didampingi Bupati Rembang, Abdul Khafidz dan rombongan mendatangi makam R.A Kartini.
Khofifah berdoa dan juga mendengarkan penjelasan juru kunci, Sahid. Setelah itu, ketika akan keluar teras makam, Khofifah diminta ibu-ibu yang juga berziarah untuk memimpin doa. Ia sempat menyeka air mata ketika berdoa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengungkapkan keprihatinannya karena setidaknya 65 % perempuan Indonesia tidak lulus SMP. Hal itu jelas mempengaruhi masa depan perempuan yang ingin berkarir atau bekerja.
"Sampai Sekarang kita lihat perempuan di Indonesia ini yang tidak lulus SMP masih sekitar 65 %. Oleh karena itu kalau mereka masuk pasar kerja masih unskillable, kita harus melakukan akselerasi, percepatan untuk menyapa perempuan di pedesaan, di daerah tertinggal, di pegunungan, di perbatasan, dan pulau-pulau kecil," ungkapnya.
Ia berharap momentum peringatan hari Kartini menjadi kebangkitan perempuan beserta hak-haknya termasuk dalam hal pendidikan.
"Filsafat keagamaan dan kebhinekaan Kartini sangat dalam sekali. Saya bisa memahami hal ini karena beliau juga santri Kyai Soleh Darat guru dari pendiri Nahdlatul Ulama, KH Hasyim Asy'ary dan juga guru pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan. Mungkin sosok spiritualitas Kartini tidak banyak muncul, namun hari ini kita bisa menjadikan referensi membangun Islam yang Rahmatan Lil Alamin yaitu Islam yang damai dan penuh kasih," jelas Khofifah.
Saat peringatan Hari Kartini,i komplek makam R.A Kartini banyak dikunjungi warga. Sosok kelahiran Mayong, Jepara 21 April 1879 itu menjadi simbol emansipasi wanita. R.A Kartini meninggal dalam usia 25 tahun pada 17 September 1904. Kemudian berdasarkan keputusan Presiden nomor. 108 tahun 1964, Kartini dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.
(alg/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini