Suu Kyi Janji Akan Selidiki Pembunuhan dan Pemerkosaan Rohingya

Suu Kyi Janji Akan Selidiki Pembunuhan dan Pemerkosaan Rohingya

Novi Christiastuti - detikNews
Senin, 06 Feb 2017 14:54 WIB
Aung San Suu Kyi saat berpidato di hadapan Majelis Umum PBB (REUTERS/Carlo Allegri)
Yangon - Laporan terbaru badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut tentara Myanmar membunuh dan memperkosa warga minoritas muslim Rohingya. Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi berjanji akan menyelidiki tuduhan yang disebutkan dalam laporan PBB itu.

Dalam laporan kantor HAM PBB yang dirilis pada Jumat (3/2) waktu setempat, polisi dan tentara Myanmar disebut telah melakukan pembunuhan massal, pemerkosaan bergiliran dan pembakaran desa-desa Rohingya di negara bagian Rakhine.

"Saya telah berbicara dengan Aung San Suu Kyi sekitar satu setengah jam yang lalu. Saya menyerukan kepadanya untuk menggunakan seluruh cara yang ada untuk menekan militer dan pasukan keamanan untuk mengakhiri operasi ini," tutur Komisioner Tinggi HAM PBB, Zeid Ra'ad al-Hussein dalam wawancara dengan Reuters, seperti dilansir pada Senin (6/2/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: PBB: Tentara Myanmar Bunuh dan Perkosa Warga Rohingya

"Dia (Suu Kyi) memberitahu saya bahwa penyelidikan akan dilakukan. Dia mengatakan Myanmar membutuhkan informasi lebih lanjut," imbuhnya.

Di Yangon, Myanmar, juru bicara kepresidenan Zaw Htay memberikan pernyataan senada secara terpisah. "Ini merupakan tudingan yang sangat serius dan kami sangat prihatin. Kami akan segera menyelidiki tudingan-tudingan ini melalui komisi penyelidikan yang dipimpin Wakil Presiden U Myint Swe," ucapnya.

"Di mana ada bukti yang jelas soal penganiayaan dan pelanggaran hukum, kami akan mengambil tindakan yang diperlukan," imbuh Zaw Htay.

Maynmar yang merupakan negara mayoritas Buddha ini, sebelumnya selalu menyangkal tudingan pelanggaran HAM dan praktik kekerasan terhadap Rohingya. Ditegaskan Myanmar bahwa pihaknya tengah menggencarkan operasi militer melawan pemberontakan.

Baca juga: Malaysia Kirim Kapal Berisi Bantuan untuk Rohingya di Myanmar

Sejak operasi militer Myanmar dimulai pada Oktober 2016, tercatat sekitar 69 ribu warga Rohingya kabur ke Bangladesh. Laporan PBB didasarkan pada testimoni 220 warga Rohingya yang kabur dari Myanmar.

Para warga itu menyaksikan langsung 'pembunuhan bayi, balita, anak-anak, wanita dan warga lanjut usia'. Mereka juga menceritakan bagaimana tentara Myanmar menembaki orang-orang yang kabur dan membakar desa-desa yang ditinggali Rohingya. Laporan PBB juga menyebut adanya kekerasan seksual dan pemerkosaan yang sistematis. Sekitar 101 wanita Rohingya mengaku telah diperkosa atau menjadi korban kekerasan seks.

Laporan PBB itu menyebut, tindakan tentara Myanmar kemungkinan mengarah pada kejahatan kemanusiaan. Zeid menambahkan, para pelaku tindakan 'horor' itu harus bertanggung jawab.




(nvc/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads