Setidaknya 86 warga Rohingya telah tewas dan sekitar 66 ribu warga Rohingya telah kabur ke Bangladesh, sejak militer Myanmar melancarkan operasi di negara bagian Rakhine di perbatasan Bangladesh. Operasi militer di wilayah yang banyak dihuni warga minoritas Rohingya itu, dilancarkan menyusul serangan ke pos-pos perbatasan pada 9 Oktober 2016 lalu. Sembilan polisi Myanmar tewas dalam serangan-serangan ke pos perbatasan tersebut. Otoritas Myanmar menuding warga Rohingya sebagai pelaku serangan tersebut.
"Pembunuhan tersebut harus berhenti. Pelanggaran wanita dan anak-anak perempuan harus berhenti," tegas Najib dalam pertemuan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang digelar di Kuala Lumpur hari ini, seperti dilansir kantor berita Reuters, Kamis (19/1/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Penganiayaan terhadap sesama kaum pria dan wanita, semata-mata karena alasan mereka muslim, harus dihentikan," tegas Najib.
Najib menekankan, negara-negara anggota OKI tak bisa hanya berdiam diri dan tak berbuat apapun terkait krisis Rohingya.
"Adalah tugas kita semua untuk melakukan apa yang kita bisa untuk menyelamatkan mereka dari tragedi kemanusiaan yang sedang mereka alami," tegas pemimpin negeri Jiran itu. (ita/ita)











































