Bahas Hubungan AS-Taiwan Via Telepon, Trump Berpotensi Picu Kemarahan China

Bahas Hubungan AS-Taiwan Via Telepon, Trump Berpotensi Picu Kemarahan China

Novi Christiastuti - detikNews
Sabtu, 03 Des 2016 11:01 WIB
Donald Trump (REUTERS/Jonathan Ernst/File Photo)
New York - Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump berpotensi memicu kemarahan China karena berbicara via telepon dengan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen. Hal ini memicu kritikan karena bertolak belakang dengan diplomasi AS selama ini yang mendukung posisi 'Satu China'.

Kantor presiden terpilih Trump dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Sabtu (3/12/2016), menyebut Trump dan Tsai berbicara via telepon pada Jumat (2/12) waktu setempat membahas 'hubungan keamanan, politik dan perekonomian yang erat' antara AS-Taiwan.

"Presiden terpilih Trump juga menyelamati Presiden Tsai yang terpilih menjadi Presiden Taiwan awal tahun ini," sebut pernyataan itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tidak diketahui pasti apakah percakapan telepon Trump dengan Tsai itu menandai perubahan posisi kebijakan luar negeri AS terhadap China, yang semasa kampanye sering menjadi sasaran retorika kontroversial Trump. Namun yang jelas, percakapan via telepon dengan Presiden Taiwan itu akan memancing kemarahan China.

Baca juga: Trump Tunjuk Jenderal Berjuluk 'Anjing Gila' Jadi Menhan AS

Hingga kini, China masih menanggap Taiwan sebagai bagian wilayahnya yang menunggu reunifikasi di bawah kepemimpinan 'Satu China'. Langkah apapun dari AS yang menyiratkan dukungan untuk kemerdekaan Taiwan, jelas akan memicu kemarahan Negeri Tirai Bambu itu.

Menanggapi berbagai kritikan terhadapnya, Trump memberikan pembelaan soal persoalan diplomatik yang sangat sensitif ini dengan cara yang tidak biasa bagi seorang presiden terpilih AS, yakni via Twitter. Trump menegaskan Presiden Tsai yang menghubungi dirinya pertama kali.

"Presiden Taiwan yang MENELEPON SAYA hari ini untuk mengucapkan selamat karena memenangkan kepresidenan. Terima kasih!" kicau Trump dalam komentar pertama via Twitter.

"Menarik bagaimana AS menjual perlengkapan militer senilai miliaran dolar AS tapi saya tidak seharusnya menerima ucapan selamat lewat telepon," imbuhnya dalam tweet yang diposting selang satu jam setelah kicauan pertama.

Baca juga: Donald Trump akan Meninggalkan Kerajaan Bisnisnya

AS memutuskan hubungan diplomatik dengan Taiwan pada tahun 1979 dan mengakui Beijing sebagai satu-satunya pusat pemerintahan China, meskipun tetap menjaga hubungan bersahabat namun tidak resmi dengan otoritas Taiwan.

(nvc/bpn)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads