Inilah 4 Ilmuwan yang Akhirnya Jadi Kepala Pemerintahan

Inilah 4 Ilmuwan yang Akhirnya Jadi Kepala Pemerintahan

Australia Plus ABC - detikNews
Rabu, 09 Nov 2016 17:37 WIB
Jakarta -

Salah satu ilmuwan top Australia, yakni deputi wakil rektor bidang penelitian di Universitas New South Wales (UNSW) Emma Johnston, meminta agar mereka yang berpemikiran lebih ilmiah untuk duduk di pemerintahan. Tapi upaya itu bisa muncul dengan konsekuensi.

"Kami tahu bahwa ilmuwan mencintai fakta dan angka, mereka menyukai proses, mereka mencintai visi, jadi saya pikir masuknya lebih banyak politisi berlatar belakang ilmu pengetahuan, teknologi, teknik, matematika dan kedokteran ke dalam sistem pemerintahan, secara alami akan meningkatkan dasar bukti dari diskusi yang sedang berlangsung," jelasnya.

Di Australia, politisi yang berlatar belakang ilmuwan telah dikenal karena menolak ilmu perubahan iklim dan menentang kenaikan dana untuk lembaga penelitian CSIRO.

Di tingkat dunia, mantan insinyur paling terkenal termasuk nama-nama seperti Boris Yeltsin dan Yasser Arafat hingga Osama bin Laden.

Di sisi lain, beberapa politisi yang paling terkenal di dunia memiliki awal karir di bidang ilmu pengetahuan misalnya sebagai ahli kimia, peneliti dan insinyur -dan telah melakukannya dengan cukup baik.

Margaret Thatcher, ahli kimia

Mantan Perdana Menteri Inggris ini memiliki gelar sarjana sains dari Universitas Oxford, lulus dengan ijazah second-class honours.

Ia memiliki spesialisasi dalam bidang kristalografi X-ray di bawah bimbingan Dorothy Hodgkin, yang kemudian mendapat Hadiah Nobel Kimia.

Bekerja sebagai peneliti kimia setelah lulus, Margaret akhirnya pindah ke Dartford untuk memulai karir politiknya.

Ia terus bekerja sebagai peneliti untuk mendukung kehidupannya sendiri, membuat terobosan sebagai ahli kimia dengan membantu mengembangkan emulsifier untuk es krim.

Margaret adalah salah satu pemimpin negara maju yang mengatasi isu pemanasan global. Ia mendirikan Panel Antar-Pemerintah tentang Perubahan Iklim dan Pusat Prediksi dan Penelitian Iklim Hadley di Inggris (dan memicu protes penambang batubara).

Ia, seperti halnya Ratu Inggris, menyukai kuda, meski Ratu lebih menyukai mereka di arena balap, sementara Margaret menempatkan mereka di arena politik.

President Jimmy Carter
Jimmy Carter bertugas sebagai insinyur di kapal selam nuklir AS sebelum menjadi Presiden.Jimmy Carter Library/CC-BY-2.0

Jimmy Carter, insinyur nuklir

Mantan Presiden Carter lulus dari Akademi Angkatan Laut AS pada tahun 1946 dengan gelar sarjana di bidang sains, menempati peringkat 60 dari 820 taruna.

Ia menjabat sebagai petugas teknik di Kapal Perang USS Seawolf, kapal selam nuklir kedua milik Amerika Serikat, sebelum menyelesaikan studi pasca sarjana fisika nuklir di Union College, New York.

Kematian sang ayah mengakhiri karir insinyurnya ketika ia pindah kembali ke Plains, negara bagian Georgia, untuk mengambil alih perkebunan kacang milik keluarga.

Carter kemudian bertransformasi dari mengurus kacang ke mengurus politik, tetapi mengalami kesulitan yang biasa dialami seseorang yang cemerlang: ia kewalahan oleh kompleksitas dunia politik dan ragu-ragu.

Setelah meninggalkan kursi kepresidenan, ia banyak meraih pencapaian dengan berpolitik.

Angela Merkel
Angela Merkel telah menjadi Kanselir Jerman sejak tahun 2005.Flickr.com: EPP, CC-BY-2.0

Angela Merkel, ahli kimia kuantum

Kanselir Jerman ini unggul secara akademis di SMA, tetapi setelah gagal dalam fisika, ia memutuskan mengejar subjek itu di Universitas Leipzig untuk membuktikan bahwa ia bisa menguasainya (fisika).

Dr Merkel lulus dengan gelar di bidang fisika dan kimia fisik sebelum mendapatkan gelar PhD dalam kimia kuantum dari Akademi Sains Jerman.

Ia bekerja sebagai ahli kimia di akademi itu sampai jatuhnya Tembok Berlin yang mendorongnya untuk berkarir dalam politik.

Dr Merkel telah menunjukkan keyakinan dalam sejumlah situasi yang mengerikan: menyatukan Jerman Timur dan Barat, menciptakan kekayaan riil dan menunjukkan rasa kemanusiaan terhadap imigran.

Tapi bagaimana sejarah akan menilai warisannya? Menentangnya?

Pope Francis
Paus Francis belajar kimia dan sempat bekerja di laboratorium sebelum masuk seminari.Flickr.com; Jeffrey Bruno, CC-BY-NC-SA-2.0

Paus Francis, teknisi kimia

Paus adalah seorang ahli kimia, bukan insinyur.

Menurut biografi resmi di situs Vatikan, sebelum Paus Francis memasuki imamat, ia belajar kimia dan "lulus sebagai teknisi kimia".

Pemimpin Gereja Katolik ini lulus dengan kualifikasi di bidang kimia dari Escuela Tecnica Industrial No. 12, sebuah sekolah menengah kejuruan negeri di Argentina.

Diterbitkan Pukul 11:00 AEST 9 November 2016 oleh Nurina Savitri. Diterbitkan Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.

(nwk/nwk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads