Seperti dilansir Reuters, Senin (31/10/2016), persidangan Wilders ini terkait dengan pernyataan kontroversial yang dilontarkannya pada tahun 2014, saat berkampanye untuk pemilu daerah. Saat itu, Wilders menyerukan agar pengurangan warga Maroko di Belanda dan menyebut mereka sebagai 'sampah'.
Dalam sidang ini, Wilders dijerat satu dakwaan diskriminasi dan satu dakwaan menghasut kebencian terhadap warga minoritas Maroko. Politikus kontroversial itu terancam hukuman denda 7.400 euro atau sekitar Rp 105 juta dalam kasus ini, dan juga hukuman 1 tahun penjara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Politikus Kontroversial Belanda Geert Wilders Diadili Atas Diskriminasi
Wilders menyebut persidangan ini sebagai upaya untuk melucuti kebebasannya berpidato dan menuding kasus ini didasari motif politik. Wilders menyangkal seluruh dakwaan dan menyatakan dirinya hanya menyampaikan pemikiran 1 juta warga Belanda.
Meskipun Wilders tidak pernah menjabat dalam pemerintahan, sikap kerasnya terhadap imigrasi dan Islam telah memicu perdebatan sengit di Belanda.
Setidaknya dari total 17 juta penduduk Belanda, sekitar 2 persen diantaranya merupakan warga minoritas Maroko. Kebanyakan warga Maroko tiba di Belanda sebagai buruh tahun 1960-an dan 1970-an lalu. Tercatat setidaknya ada 400 ribu warga Belanda keturunan Maroko, kebanyakan muslim, yang kini ada di Negeri Kincir Angin itu.
Persidangan ini digelar menjelang pemilu parlemen pada 15 Maret 2017 nanti, dengan Partai Kebebasan (PVV) yang dipimpin Wilders mengincar posisi pertama dalam parlemen, melawan partai konservatif VVD yang menaungi Perdana Menteri Mark Rutte. Polling terbaru pada 27 Oktober menunjukkan partai Wilders mengekor di belakang partai PM Rutte dengan selisih 2 kursi dalam parlemen, yang terdiri atas 150 kursi.
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini