Tampil berkampanye untuk capres Partai Demokrat Hillary Clinton di Cleveland, Ohioa, seperti dilansir AFP, Sabtu (15/10/2016), Obama menuding Trump sebagai calon diktator dan menyuarakan kekhawatiran akan reaksi keras pendukung Trump jika kalah dalam pilpres AS.
Pekan lalu, Trump menyatakan dirinya terbebas dari etika politik normal dan melancarkan serangan bernada menghasut untuk Hillary serta suaminya, Bill Clinton, yang mantan Presiden AS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Hillary Clinton Tuding Trump 'Kuntit' Dirinya Saat Debat Kedua
Ohio merupakan salah satu 'swing state' atau negara bagian dengan posisi dukungan untuk kedua partai utama, Partai Demokrat dan Partai Republik, sama kuat. Swing state dipandang penting karena bisa berpengaruh pada hasil pilpres secara keseluruhan.
"Toleransi ada di dalam surat suara. Kesantunan ada di dalam surat suara. Kejujuran ada di dalam surat suara. Kesetaraan ada di dalam surat suara. Kebaikan ada di dalam surat suara. Seluruh kemajuan yang kita capai dalam 8 tahun terakhir ada di surat suara," imbuhnya.
"Demokrasi itu sendiri juga ada di dalam surat suara, sekarang," tegas Obama.
Kampanye Trump diwarnai kekacauan setelah dirilisnya rekaman video tahun 2005 soal komentar cabulnya dan munculnya berbagai tudingan pelecehan seksual terhadapnya. Pertanyaan pun muncul soal, apakah Trump akan mengakui kekalahannya jika dia gagal memenangkan pilpres AS.
Baca juga: Kembali Bantah Tudingan Pelecehan Seks, Donald Trump: Saya Adalah Korban
Sejak pekan lalu, Trump menuding media dan elite global berkonspirasi menggagalkan pencapresannya. "Hillary Clinton bertemu diam-diam dengan bank-bank internasional untuk merancang kehancuran kedaulatan AS demi memperkaya kekuatan finansial global, teman-teman dan donaturnya," tudingnya.
Obama menanggapi tudingan Trump terhadap Hillary itu dengan keras. "Ayolah! Ini adalah pria yang menghabiskan seluruh waktunya berkeliling untuk meyakinkan semua orang, bahwa dirinya adalah elite global. Seluruh waktunya untuk selebriti dan sekarang tiba-tiba dia bertindak seperti populis," sindirnya.
"Ini ada orang yang... menyatakan jika pemilu tidak sesuai kehendaknya, itu bukan karena seluruh hal yang dia katakan, tapi karena ada kecurangan dan penipuan," imbuh Obama, merujuk pada perkataan Trump beberapa waktu lalu.
"Dia (Trump) tampaknya ada di tengah permainan, menyatakan berbagai alasan sepanjang waktu soal mengapa dia kalah. Anda tidak mulai mengeluh soal wasit sebelum pertandingannya selesai. Anda harusnya bermain dulu, bukan?" tegas Obama.
(nvc/trw)