Seperti dilansir AFP, Rabu (21/9/2016), ratusan demonstran berkumpul di dekat kompleks apartemen kota Charlotte, North Carolina, pada Selasa (20/9) malam. Kompleks apartemen itu merupakan lokasi penembakan Keith Lamont Scott, warga keturunan Afrika-Amerika, oleh polisi setempat.
![]() |
Demonstran membawa poster bertuliskan 'Black Lives Matter' sambil meneriakkan 'Tidak ada keadilan, tidak ada perdamaian!' seperti ditayangkan televisi lokal. Bentrokan tak terhindarkan saat polisi menggunakan gas air mata untuk membubarkan massa yang marah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Laporan media lokal menyebut sejumlah warga sipil juga luka-luka dalam bentrokan itu. WSOC-TV melaporkan, polisi antihuru-hara menggunakan gas air mata terhadap demonstran yang disebut menyerang dan merusak sejumlah mobil polisi. Bentrokan ini terus berlanjut, dengan jumlah massa lebih sedikit, hingga Rabu (22/9) dini hari.
Sementara itu, polisi yang terlibat penembakan Lamont Scott, Brentley Vinson, kini sedang cuti. Laporan televisi lokal menyebut penembakan itu berawal ketika Vinson dan sejumlah polisi lainnya mencari seorang tersangka kriminal, dengan berbekal surat perintah penangkapan.
![]() |
Rombongan polisi kemudian mendekati Scott -- bukan tersangka yang mereka cari -- yang ada di dalam mobil yang terparkir di dekat apartemen setempat. Polisi menyebut Scott saat itu membawa senjata api, yang sebenarnya legal di bawah aturan hukum North Carolina. Entah apa yang terjadi, konfrontasi tak terhindarkan antara polisi dengan Scott. Polisi yang mengaku merasa terancam oleh Scott, melepas tembakan ke arahnya dan menewaskannya.
Menanggapi insiden itu, pihak keluarga meyakini Scott yang berusia 43 tahun ini tidak membawa pistol, melainkan sebuah buku di tangannya ketika dia ditembak mati. Wali Kota Charlotte, Jennifer Roberts, menyerukan warganya tetap tenang.
"Masyarakat butuh jawaban dan penyelidikan menyeluruh akan dilakukan. Kami akan melibatkan tokoh masyarakat untuk bekerja bersama," ucapnya.
(nvc/nwk)