Hal ini terungkap dari pengakuan seorang mantan anggota Davao Death Squad (DDS), Edgar Matobato, pada rapat dengar pendapat di depan Senat Filipina Komisi Hukum dan HAM yang dilansir dari Inquirer, pada Kamis (12/9/2016). Davao Death Squad adalah sekelompok pembunuh bayaran di Davao, yang dituding bertanggung jawab atas pembunuhan ribuan orang kriminal dan narkoba di kota itu.
"Richard King dibunuh di Kota Davao. Itu atas perintah Paolo Duterte," jelas Matobato dalam rapat itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain Richard King, jutawan pemilik jaringan hotel di Filipna, Matobato menambahkan Paolo memerintahkan untuk membunuh 2 orang lagi, yang merupakan lawan politiknya.
"Kami juga pernah beroperasi di mana Wakil Wali Kota Paolo Duterte memerintahkan membunuh musuhnya," jelas Matobato.
Saat itu, lanjutnya, dia adalah satu dari dua pembunuh bayaran yang diperintahkan membunuh musuh Paolo. Sedangkan seorang musuh lainnya, dibunuh di sebuah pom bensin.
"Dia (Paolo) hanya marah, terus memanggil kami. Dia memerintahkan kami untuk membunuh seseorang di sana. Kami tak tahu alasan di balik itu," tuturnya.
Cara membunuhnya, Matobato menjelaskan, seseorang mengambil target saat mengantre membeli air di pom bensin. Target saat itu marah-marah.
Dicecar Senat, bagaimana DDS membunuh target kedua yang diperintahkan Paolo, Matobato menjawab, "Kami 'mengamankan' dia". (nwk/trw)











































