Seperti dilansir AFP, Kamis (25/8/2016), Khan yang mencetak sejarah sebagai Wali Kota muslim pertama di London, memutuskan berkomentar setelah sekitar 30 kota di Prancis memberlakukan larangan burkini yang memicu perdebatan sengit soal hak-hak kaum perempuan dan sekularisme.
"Saya pikir tidak seorangpun harus mengatur wanita soal apa yang bisa dan tidak bisa mereka pakai. Titik. Sesederhana itu," tegas Khan kepada surat kabar Inggris, London Evening Standard.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya pikir itu tidak tepat. Saya tidak mencoba mengatakan kita sempurna, tapi salah satu kebahagiaan London adalah kami tidak begitu saja mentoleransi perbedaan, kami menghormatinya, kami memeluknya, dan kami merayakannya," imbuhnya.
Pengadilan tertinggi di Prancis, pada Kamis (25/8), mempertimbangkan untuk menggugat secara hukum larangan burkini yang berlaku di kota Villeneuve-Loubet, dekat Nice, Prancis bagian selatan. Dalam kunjungannnya ke Paris, Wali Kota Anne Hidalgo untuk membahas dampak Brexit pada Juni lalu yang memutuskan keluarnya Inggris dari Uni Eropa, juga membahas perdagangan dan keamanan.
"Saya ada di Paris untuk memperjelas bahwa London selalu terbuka -- terbuka untuk dunia, terbuka untuk perdagangan, terbuka untuk kerja sama bisnis baru, terbuka untuk gagasan baru, talenta dan orang-orang baru," jelas Khan.
Baca juga: Perdana Menteri Prancis Dukung Pelarangan Burkini
Burkini, merupakan pakaian yang menutup hampir seluruh tubuh dan meninggalkan hanya bagian wajah, tangan dan kaki yang terlihat. Burkini biasanya digunakan untuk berenang atau dalam aktivitas air oleh perempuan muslim yang berhijab.
Otoritas beberapa wilayah di Prancis, termasuk Cannes, Villeneuve-Loubet and kawasan pantai Sisco, menganggap burkini bertentangan dengan undang-undang sekulerisme di Prancis. Beberapa bahkan menyebut burkini menjadi simbol Islam radikal, dengan merujuk pada maraknya serangan teror di Prancis.
Desainer asal Australia yang merancang burkini, Aheda Zanetti, mencoba meluruskan salah pengertian soal penggunaan burkini oleh negara-negara Eropa. Zanetti yang kelahiran Libanon ini sudah tinggal di Australia selama lebih dari 40 tahun.
"Mereka salah paham soal apa itu fungsi burkini. Saya harap mereka memahami bahwa itu (burkini) bukan hal yang menyimbolkan apapun -- siapa saja bisa memakainya, itu tidak membahayakan siapapun dalam cara apapun," tegas Zanetti seperti dilansir Reuters.
Baca juga: Wali Kota Corsica Larang Burkini karena Peningkatan Ketegangan
"Burkini dirancang untuk kebebasan, fleksibilitas dan kepercayaan diri," imbuhnya, sembari menyebut bahwa burkini juga banyak digunakan oleh wanita non-muslim. Zanetti memperkirakan 40 persen penjualan burkini datang dari wanita non-muslim, mereka pernah menderita kanker, atau wanita yang ingin melindungi kulit mereka dari paparan sinar matahari.
(nvc/trw)











































