Hal tersebut dikatakan Natalia saat menjadi saksi dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Kamis (18/8/2016). Natalia menyebut mendapat informasi soal bunuh diri ini saat dia bersama tim dari RSCM datang ke Australia untuk meminta data soal Jessica kepada kepolisian Australia.
Natalia menyebut Jessica mulai mengancam akan bunuh pada 28 Januari 2015. Ancaman itu disampaikan Jessica melalui telepon kepada Patrick.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oktober 2015 Jessica putus dengan pacar. Hal ini membuat emosi Jessica semakin tidak stabil. Dan lagi-lagi Jessica mencoba bunuh diri dengan meracuni dengan panggangan barbeque. Dia masuk ke Royal Prince Alfred Hospital.
"November tanggal 15 dia juga suicide threat (ancaman bunuh diri), kemudian 16-nya suicide threat lagi, menelepon Patrick lagi," kata Natalia.
Pada ancaman bunuh diri 15 November, ditemukan adanya pisau, alkohol, dan alarm asap yang ditutup plastik. " Itu juga diduga sudah mau melakukan tapi tidak jadi," ucap Natalia.
Tanggal 22 November ditemukan catatan bunuh diri di apartemen Jessica. Di situ tertulis alasan Jessica ingin mengakhiri hidupnya.
Dalam catatan itu tertulis kalimat " I'm sorry that you have to discover my body. I hope it wouldn't traumatise you so much. I'm sorry I let you down with my broke my promise not to harm my self again".
"Intinya J (Jessica) merasa kehilangan support dari Patrick. J juga merasa tidak mendapat support dari keluarga," ucap Natalia.
Natalia menambahkan, atasan Jessica di New South Wales (NSW) Ambulance bernama Kristie Louise Charter yang ditemui Natalia saat melakukan pemeriksaan di Australia, memperkirakan, perasaan depresi Jessica disebabkan oleh putusnya hubungan dengan Patrick. (rna/slh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini