"Crisis Center dibentuk karena adanya krisis kepercayaan korban kepada rumah sakit. Seharusnya rumah sakit punya data sejak 2003 sampai tahun ini nama-nama pasien yang menggunakan vaksin palsu," kata August kepada wartawan di RS Harapan Bunda Jl. Raya Bogor, Jakarta Timur, Minggu (17/7/2016).
Menurut August, Crisis Center ini akan dibuka selama 24 jam. Semua data tentang anak yang menerima vaksin palsu di RS Harapan Bunda sejak 2003 sampai tahun ini akan dikumpulkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() Crisis Center di RS Harapan Bunda, Minggu (17/7/2016). (Foto: Ahmad Ziaul/ detikcom) |
Selanjutnya setelah data dikumpulkan dan diverifikasi akan diserahkan ke Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan serta Kepolisian Ri untuk ditindaklanjuti.
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) dan Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) mendampingi keluarga korban vaksin palsu yang membentuk Crisis Center di RS Harapan Bunda.
Saat ini ratusan orang tua yang anaknya menjadi korban vaksin palsu terus mendatangi Posko RS Harapan Bunda.
Pada Kamis pekan lalu, pihak Rumah Sakit Harapan Bunda memberikan pernyataan resmi kepada orang tua pasien korban vaksin palsu. Pihak RS Harapan Bunda kali ini diwakili oleh dr. Seto Hanggoro sebagai Ketua Komite RS Persahabatan dan dr. Harmon Mawardi yang juga anggota komite. Seto mengatakan, selama ini RS Harapan Bunda selalu mengambil vaksin dari distributor resmi.
(erd/mad)












































