Erdogan Minta AS Tangkap Atau Kembalikan Ulama Gulen ke Turki

Erdogan Minta AS Tangkap Atau Kembalikan Ulama Gulen ke Turki

Ray Jordan - detikNews
Minggu, 17 Jul 2016 10:29 WIB
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (Foto: REUTERS/Adrees Latif)
Jakarta - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan pemerintahannya sudah dalam kendali setelah adanya upaya kudeta militer pada Sabtu (16/7). Meski demikian, dia menuntut Amerika Serikat (AS) untuk segera menangkap atau memulangkan Fethullah Gulen ke Turki.

Fethullah Gulen adalah seorang ulama asal Turki yang kini mengasingkan diri di Pennsylvania, AS. Dia dituding sebagai otak kudeta militer di Turki yang menewaskan sekitar 200 orang, namun gagal.

"Saya menyerukan kepada Amerika Serikat dan Presiden Barack Obama untuk sebaiknya menangkap Fethullah Gulen atau mengembalikannya ke Turki. Jika kita adalah mitra strategis atau mitra model, maka lakukan apa yang diperlukan," kata Erdogan di dekat rumahnya seperti dilansir CNN.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan, pada Sabtu (16/7) dia telah berkomunikasi dengan Menlu AS John Kerry. Dalam kesempatan itu dia menyampaikan tokoh ulama Turki yang kini mengasingkan diri di AS, Fethullah Gulen berada di balik upaya kudeta tersebut.

"Topik ekstradisi tidak datang langsung dalam percakapan kita kemarin. Namun, saya mengatakan sekali lagi bahwa ini merupakan upaya Gulen, yang berada di negara mereka, dan strukturnya dalam militer," kata Mevlut Cavusoglu di sebuah wawancara di Ankara, yang dilansir oleh Reuters, Minggu (17/7/2016).

Fethullah Gulen sebelumnya sudah membantah mendalangi percobaan kudeta militer itu.

"Sebagai orang yang menderita di bawah sejumlah kudeta militer selama lima dekade terakhir, ini merupakan penghinaan karena dituduh terlibat upaya tersebut. Saya dengan tegas membantah tuduhan seperti itu," tegas Gulen.

"Saya mengutuk, dengan sekeras-kerasnya, percobaan kudeta militer di Turki," imbuh Gulen dalam pernyataan singkat tersebut.

"Pemerintah harus menang lewat proses pemilihan yang adil dan bebas, bukan dengan kekerasan," tutur ulama Turki yang bermukim di Amerika Serikat itu.

Ulama berumur 75 tahun itu, dulunya merupakan sekutu erat Erdogan. Namun keduanya berseteru dalam beberapa tahun terakhir seiring Erdogan mencurigai gerakan Hizmet yang dipimpin Gulen. Keberadaan gerakan tersebut belakangan ini menonjol di masyarakat Turki, termasuk media, kepolisian dan pengadilan.

Gulen pindah ke AS pada tahun 1999, sebelum dia dikenai dakwaan pengkhianatan di Turki.

(jor/mad)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads