11 orang yang tergabung dalam gerakan #GOWESMUDIK2016 melakukan perjalanan dari barat ke timur untuk menempuh jarak ratusan kilometer demi mencapai kampung halaman mereka masing-masing. Dengan menggenjot pedal sepeda, mereka bergerak menyusuri jalur mudik berbarengan dengan kendaraan roda empat, roda dua, dan bus untuk memeriahkan suasana arus mudik tahun ini.
Titik mula keberangkatan dimulai dari Bundaran Cibiru Kota Bandung, Sabtu (2/7/2016). Mereka konvoi melewati jalur selatan dengan membawa perlengkapan yang diperlukan selama dalam perjalanan. Mereka akan berpisah di titik perbatasan Tasikmalaya dan Garut.
![]() |
Raharjo (56) salah seorang pemudik yang menggunakan sepeda, mengayuh kendaraannya dari Bandung menuju Madiun. Berangkat dari Bandung pukul 07.00 WIB, dan tiba di Nagreg pukul 10.30 WIB. Tentu kedatangan mereka menarik perhatian wartawan yang sedang memantau arus kendaraan di jalur Nagreg.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita tergabung dalam 11 orang menggunakan sepeda untuk pulang ke kampung halaman. Gerakan ini kita lakukan hanya untuk menikmati perjalanan mudik, di mana saat orang lain menggunakan mobil atau motor, kita memilih menggunakan sepeda untuk di goes sampai rumah," ucapnya saat sedang beristirahat di posko Nagreg, Sabtu (2/7/2016).
![]() |
Tujuan yang akan mereka capai tentu berbeda-beda, ada yang menuju ke Solo, Gombong, Cilacap, Kebumen, Banjar, Yogyakarta dan Madiun. Raharjo sendiri akan menempuh jarak 647 km ke Kota Madiun. Jika menggunakan kendaraan mobil jarak tersebut dapat ditempuh dengan waktu 12 jam. Namun Raharjo memperkirakan selama dalam perjalanan dirinya akan menghabiskan waktu selama empat hari atau pada H-1 lebaran.
"Diusahakan kita semua sampai di kota tujuan pada malam takbiran nanti, karena jarak tempuh nya juga lumayan jauh," ucapnya.
Sepeda tersebut mengangkut tas di bagian belakang sepeda yang diisi perlengkapan selama dalam perjalan. Hal paling utama menurut pria berjenggot ini adalah menyediakan ban dalam cadangan. Itu berguna Bila sewaktu-waktu di tengah perjalanan sepeda yang ditungganginya bocor dan tak bisa ditambal.
"Ban dalam cadangan ini yang paling penting takutnya nanti diperjalanan bocor tidak bisa ditambal. Apalagi ban yang digunakan harus sesuai standar agar aman dalam perjalan," jelasnya.
Tidak hanya itu saja perlengkapan yang dibawa untuk bekal selama dalam perjalanan seperti sleeping bag, kotak P3K, jas hujan, dan bahan asupan tenaga selama perjalan di packing dalam satu ransel yang dibawa.
![]() |
Ditanya soal bersepada pada malam hari, Raharjo mengaku tergantung dari situasi. Jika pada malam hari menurutnya memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan maka sepeda akan di gowes hingga menemukan tempat istirahat yang memungkinkan untuk mereka beristirahat.
"Kalau malam tergantung tempatnya kalau mendukung untuk istirahat ya istirahat, kalau tidak yah lanjut saja. Kan banyak di posko-posko, di SPBU yang nyaman. Kita pasti istirahat," terangnya.
Dari 11 orang yang mudik dengan titik keberangkatan di Cibiru, sebagian di antaranya pernah mudik menggunakan sepeda dalam beberapa tahun terakhir. Tapi ada juga yang baru kali ini mudik menggunakan sepeda.
"Kalau saya tahun kemarin sudah pakai sepeda juga mudiknya tapi sendiri saja, kalau tahun ini pertama kita ramai-ramai," pungkasnya.
(jor/jor)














































