Menurut Jimenez, dirinya hanya mengutip ayat-ayat Alkitab dan komentarnya itu mencerminkan opini banyak orang di Amerika.
"Inti dari yang saya katakan adalah bahwa jika orang-orang yang telah dihukum mati oleh Tuhan, akan mati bagaimanapun juga, dan itu bukan sesuatu yang perlu untuk membuat kita berkabung," tutur Jimenez kepada para wartawan seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (15/6/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Anda tidak berkabung untuk kematian mereka. Mereka pantas menerima itu. Anda menuai apa yang Anda tabur," kata Jimenez dalam kebaktian di gerejanya pada Minggu, 12 Juni waktu setempat, atau beberapa jam setelah pembantaian di kelab gay Pulse di Orlando.
"Hari ini orang-orang seperti berkata, tidakkah Anda bersedih karena 50 penyodomi tewas?" ujar pria itu di depan para jemaat gereja.
"Di sinilah masalahnya mengenai itu," imbuh Jimenez. "Itu sama halnya seperti menanyakan pada saya 'Hei, apakah Anda sedih karena 50 paedofil terbunuh hari ini?" tutur pendeta muda tersebut.
"Hm, tidak, saya pikir itu hebat. Saya pikir itu membantu masyarakat. Kalian tahu, menurut saya Orlando, Florida sedikit lebih aman malam ini,"
Sebanyak 49 orang tewas dan 53 orang lainnya luka-luka dalam teror penembakan di kelab malam khusus gay di Orlando. Pelakunya, Omar Mateen sempat menghubungi layanan darurat 911 sebelum melakukan aksi brutalnya untuk menyatakan sumpah setia pada sejumlah kelompok militan, termasuk Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Mateen akhirnya tewas ditembak polisi usai melakukan penembakan dan penyanderaan selama 3 jam di kelab Pulse tersebut. Penyidik federal AS meyakini, Mateen diradikalisasi melalui internet dan tidak ada bukti yang menunjukkan Mateen mendapat instruksi maupun bantuan dari militan di luar negeri, terutama ISIS. (ita/ita)