Hal ini diungkapkan oleh empat orang yang kerap mendatangi kelab Pulse tersebut.
"Kadang-kadang dia akan pergi ke pojok dan duduk lalu minum sendirian, dan kadang-kadang dia sangat mabuk hingga dia bersuara keras dan mengajak berkelahi," tutur Ty Smith kepada media lokal, Orlando Sentinel mengenai Omar Mateen yang menembak mati 49 orang dan melukai 53 orang lainnya di kelab Pulse pada Minggu, 12 Juni dini hari waktu setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami tidak banyak bicara dengan dia, namun saya ingat dia pernah mengatakan soal ayahnya beberapa kali," ujar Smith seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (14/6/2016). "Dia bilang kepada kami bahwa dia punya istri dan anak," imbuh Smith.
Seorang pengunjung setia Pulse lainnya, Kevin West mengatakan kepada media Los Angeles Times, Mateen kerap mengirim pesan untuknya selama setahun dengan menggunakan aplikasi obrolan gay. Tidak disebutkan isi obrolan tersebut.
Hal senada disampaikan pengunjung setia kelab Pulse lainnya kepada media MSNBC. Dikatakan pria yang tak ingin disebut namanya itu, Mateen pernah menggunakan beberapa aplikasi gay, termasuk Grindr.
Mateen lahir di New York dari orang tua asal Afghanistan tetapi pindah ke Fort Pierce, sebuah kota kecil sekitar dua jam perjalanan di selatan Orlando. Mantan istrinya, Sitora Yusufiy mengatakan kepada Washington Post bahwa Mateen suka melakukan kekerasan dan mentalnya tidak stabil, serta telah memukulnya berulang kali.
Pasangan ini menikah di Fort Pierce pada 2009 setelah bertemu secara online, tapi mereka hanya empat bulan tinggal bersama, setelah orangtua Sitora datang untuk menyelamatkan putri mereka dari kekerasan Mateen. Pasangan tersebut resmi bercerai pada tahun 2011. Setelah itu Mateen menikah dengan Noor Zahi Salman dan memiliki seorang anak laki-laki.
(ita/ita)